Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan agar para perempuan memiliki hak yang setara di semua bidang kehidupan seperti di tempat kerja, keluarga, atau dalam politik.
Roma (ANTARA) - Sejumlah pemimpin Eropa memberikan dukungan terhadap kesetaraan gender pada Hari Perempuan Internasional, yang diperingati pada 8 Maret.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan agar para perempuan memiliki hak yang setara di semua bidang kehidupan seperti di tempat kerja, keluarga, atau dalam politik.

Giorgia Meloni, yang merupakan perdana menteri perempuan pertama di Italia, menegaskan bahwa tugas negara untuk merobohkan penghalang yang tidak memungkinkan semua perempuan untuk dapat mengekspresikan secara penuh potensi mereka yang tak ternilai.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menggarisbawahi bahwa pemerintahannya mendukung undang-undang terkait kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Spanyol pada Selasa (7/3) meloloskan undang-undang yang mewajibkan jumlah masing-masing laki-laki dan perempuan minimal 40 persen dalam dewan direksi di perusahaan-perusahaan besar, serta di kabinet pemerintahan.

Di Prancis, sejumlah situs media sosial memberikan penghormatan kepada banyak ikon perempuan paling terkenal di negara itu. Presiden Prancis Emmanuel Macron memanfaatkan momen tersebut untuk memuji penulis dan aktivis Gisele Halimi yang meninggal dunia dua tahun lalu pada usia 93 tahun.

"Republik kita lebih bebas, lebih hidup, dan lebih adil berkat Anda (Gisele Halimi)," tulis Macron.

Di Italia, aksi demonstrasi di Roma menekankan meningkatnya jumlah kasus femisida (pembunuhan terhadap perempuan karena gendernya) di negara itu. Para demonstran meminta polisi untuk berbuat lebih banyak demi melindungi kaum perempuan.

Peringatan Hari Perempuan Internasional juga diwarnai dengan aksi unjuk rasa di beberapa negara.

Para pengunjuk rasa di Jerman meminta pemerintah untuk berbuat lebih banyak guna mendukung hak-hak perempuan di dunia yang terus berkembang. Sementara itu, aksi unjuk rasa di Spanyol berfokus pada sejumlah isu, mulai dari persetujuan hingga pendidikan dan hak-hak transseksual.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023