Jakarta (ANTARA) - Universitas Harvard mengumumkan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Jakarta Intercultural School (JIS) dalam program pelatihan guru CS50x pada periode 2022 hingga 2023.

Profesor ilmu komputer Universitas Harvard, David J Malan, yang menjadi pemimpin proyek kelas Computer Science 50 (CS50) bagi guru di Indonesia, menjelaskan bahwa program tersebut dirancang agar dapat dijangkau oleh masyarakat awam secara gratis.

“Program ini dirancang untuk mendorong para guru menjadi lebih kreatif dalam menyusun kurikulum pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat para siswa,” kata David di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Program CS50x merupakan hasil adaptasi dari program pelatihan CS50, yang merupakan bagian dari dari inisiatif kolaboratif untuk meningkatkan keterampilan digital para pendidik di seluruh Indonesia.

Program CS50 merupakan program besutan dari Harvard yang diperuntukkan bagi masyarakat yang mempelajari subjek tentang komputer maupun yang tidak mempelajari subjek tersebut atau non konsentrator. Dalam lamannya, Universitas Harvard menyebut sebanyak dua pertiga dari siswa CS50 belum pernah mengambil kelas tersebut sebelumnya.

Menyelesaikan masalah

Program yang nantinya akan mendapatkan sertifikat dari Universitas Harvard itu mengajarkan para guru cara menyelesaikan masalah baik dengan pemograman maupun tidak dengan pemograman. Penekanan pada kebenaran dan juga desain.

Para peserta kursus berkenalan dengan konsep abstraksi, algoritma, struktur data, enkapsulasi (proses pemaketan data), manajemen sumber daya, keamanan, rekayasa perangkat lunak, dan pengembangan web.

Sedangkan untuk permasalahan yang akan dihadapi para guru dalam pelatihan melingkupi seni, kemanusiaan, sosial, dan juga sains. Para guru juga akan mendapat ilmu bahasa pemrograman seperti C, Python, SQL, JavaScript, CSS, dan HTML.

Program CS50x pun, kata David, dirancang menjadi semacam kursus yang di dalamnya tetap menonjolkan unsur kolaborasi dan kerja sama. Berbeda dengan materi pelatihan daring pada umumnya, di mana para peserta tinggal mengikuti materi melalui video, CS50 menghadirkan sosok mentor, serta adanya kesempatan bagi para peserta untuk berdiskusi dan membuat jejaring.

“Unsur ini lah yang menjadi kekuatan CS50x, yang mana peserta bisa saling bekerja sama menggali ide, memecahkan masalah, dan memperluas jejaring mereka,” kata David lagi.

Selama enam bulan, sebanyak 150 guru SMP dan SMA negeri serta swasta dari seluruh Indonesia mengikuti kursus CS50x. Para guru yang mengikuti pelatihan itu tak hanya berlatar belakang ilmu informatika atau pelajaran komputer, namun juga merupakan para tenaga pengajar dari berbagai bidang keilmuan seperti sosial dan bahasa.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengatakan para guru yang mengikuti pelatihan diharapkan dapat menularkan ilmu dan pengetahuan baru yang mereka dapatkan dari kursus CS50x.

“Saya ingin mengingatkan kepada para guru peserta, bahwa setelah pelatihan ini, para guru memiliki tugas besar untuk menyebarkan ilmu komputer dan pemrograman kepada guru-guru lain,” kata Nadiem.

Tumbuhnya inisiatif

Penyelenggaraan kursus CS50x diharapkan akan diikuti dengan tumbuhnya inisiatif para guru untuk mengembangkan materi pelajaran sesuai kebutuhan dan minat di sekolah masing-masing.

Hal itu sesuai dengan semangat kurikulum Merdeka Belajar, yang mana para guru dapat membuat materi pembelajaran berbasis proyek. Program pelatihan tersebut merupakan bagian dari transformasi pendidikan yang dimulai dari guru. Kemendikbudristek, fokus pada peningkatan keterampilan dan kompetensi guru, termasuk pada bidang sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika (STEAM).

“Berbagai tema di dalam kursus CS50x, dapat dipilih para guru dan kepala sekolah untuk diterapkan di sekolah masing-masing, dan diharapkan tak hanya sekadar menjadi materi berbasis text-book. Kurikulum Merdeka Belajar benar-benar mengembalikan otoritas pembelajaran kepada para guru,” kata Nadiem menjelaskan.

Nadiem menyadari berdasarkan kurikulum yang ada selama ini, pendidikan informatika dan ilmu komputer yang diajarkan di sekolah-sekolah, kurang berhasil membangkitkan minat dan ketertarikan para siswa maupun guru untuk lebih dalam mempelajari ilmu komputer dan informatika.

“Selama ini pelajaran ilmu komputer yang diberikan di sekolah hanya berkutat pada pelajaran mengoperasikan program seperti Microsoft Word atau Power Point,”  ucap Nadiem.

Padahal, seharusnya ilmu komputer di sekolah dirancang agar bisa menggali minat dan bakat para siswa untuk mengenal dunia teknologi digital. Apalagi saat ini, Indonesia kekurangan tenaga ahli di bidang pemrograman.

Setelah berhasil menyelesaikan kursus, guru dapat kembali memimpin pelajaran atau pelatihan di kelas mereka yang selanjutnya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis siswa mereka dalam ilmu komputer dan pemrograman.

Sementara itu, Kepala Sekolah JIS, Maya Nelson, mengemukakan, tujuan inisiatif itu adalah untuk memberdayakan guru lokal dengan perangkat dan keahlian yang diperlukan untuk mengintegrasikan materi pelajaran CS50x ke dalam kelas atau kurikulum mereka.

“Sebagai sekolah yang mengakui peran penting sains, teknologi, teknik, matematika (STEM) dalam pendidikan, JIS merasa terhormat untuk mendukung program yang sangat penting ini,” kata Maya.

Program itu diharapkan menjadi awal dari lebih banyak kemitraan yang didedikasikan untuk mempromosikan pendidikan ilmu komputer di Indonesia serta meningkatkan kompetensi digital siswa dan guru.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023