Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia merosot pada awal perdagangan Selasa, dengan ekuitas keuangan Jepang memimpin kerugian karena ketakutan akan krisis perbankan AS mencengkeram investor menjelang data inflasi penting yang akan dirilis hari ini.

Kejatuhan dari runtuhnya pemberi pinjaman AS Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank meluas dalam semalam, meskipun ada upaya pemerintah untuk menopang kepercayaan. Aksi jual besar-besaran memukul saham bank regional AS dan para pedagang bergegas dari taruhan kenaikan suku bunga AS, menganggap Fed sekarang akan berpikir dua kali.

Surat utang pemerintah dua tahun mengalami reli terbesar mereka sejak 1987, dan suku bunga berjangka AS melonjak - dengan pasar memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga 50 basis poin minggu depan dan pemotongan hampir 70 basis poin pada akhir tahun.

Pada Selasa, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 0,5 persen pada awal perdagangan, dengan sektor keuangan di Australia yang paling terseret.

Nikkei Jepang terpangkas 2,0 persen. Indeks bank Bursa Efek Tokyo anjlok 7,4 persen pada awal perdagangan, menempatkannya di jalur penurunan tertajam dalam tiga tahun.

"Penarikan dana bank besar-besar telah dimulai (dan) pasar antar bank menjadi tertekan," kata Damien Boey, kepala strategi ekuitas di bank investasi Barrenjoey yang berbasis di Sydney.

"Bisa dibilang, langkah-langkah likuiditas seharusnya menghentikan dinamika ini tetapi Main Street telah mengamati berita dan antrean, bukan saluran keuangan," katanya. "Ketakutan mulai memakan dirinya sendiri, dan ketidakpastian yang lebih tinggi dengan sendirinya telah memicu dinamika de-leveraging dan de-risking-nya sendiri."

Semalam indeks volatilitas VIX, dijuluki "pengukur rasa takut" Wall Street, melesat lebih tinggi dan indikator tekanan pasar lainnya menunjukkan tanda-tanda awal ketegangan. Indeks Perbankan S&P turun 7,0 persen, persentase penurunan satu hari terbesar sejak Juni 2020.

Saham bank besar termasuk J.P. Morgan, Citigroup, dan Wells Fargo semuanya melemah, tetapi bank regional paling terpukul dengan First Republic Bank terjun 62 persen, Western Alliance anjlok 47 persen dan PacWest jatuh 21 persen.

Di Tokyo, Resona Holdings memimpin kerugian dengan penurunan 9,0 persen, diikuti oleh Sumitomo Mitsui Financial Group turun 8,0 persen.

Presiden Joe Biden berusaha meyakinkan para deposan dengan bersumpah untuk memastikan keamanan sistem perbankan AS dan The Fed pada Minggu (12/3/2023) mengumumkan mekanisme pendanaan baru untuk membantu bank menemukan uang tunai.

Bank sekarang dapat meminjam dengan nilai nominal - dan bukan nilai pasar yang lebih rendah - dari portofolio obligasi mereka.

Di tempat lain, penetapan perkiraan ulang ekspektasi suku bunga AS yang dramatis telah menjatuhkan dolar AS lebih rendah, terakhir melayang di sekitar 133,25 yen dan 1,0718 dolar per euro.

Ketegangan telah membatasi harga minyak, dengan minyak mentah berjangka Brent mendekati 80 dolar AS per barel.

Data inflasi AS yang akan dirilis hari ini kemungkinan akan menimbulkan lebih banyak volatilitas, sekalipun investor memperkirakan Fed memprioritaskan stabilitas keuangan.

"Prospek pasar untuk 'melihat melalui' data AS yang kuat di lingkungan saat ini dapat mengurangi risiko kenaikan dolar AS melalui IHK, yang akan menandai perubahan signifikan dari lingkungan yang sepenuhnya bergantung pada data baru-baru ini beberapa hari yang lalu," kata ahli strategi NatWest Markets Jan Nevruzi.


Baca juga: Saham Asia dibuka beragam di tengah jatuhnya Silicon Valley Bank
Baca juga: Saham Asia jatuh, dolar menguat setelah komentar Powell yang "hawkish"
Baca juga: Saham Asia dibuka turun tajam setelah komentar Powell yang "hawkish"

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023