Dili (ANTARA News) - Berkecamuknya pertempuran di ibukota Timor Leste, Dili, membuat masyarakat dan warga negara asing, termasuk warga negara Indonesia (WNI) di negeri yang sedang bergolak itu, mencari perlindungan, baik di kedutaan besar (Kedubes) masing-masing negara, dan juga tempat lain yang dirasakan aman. "Untuk perlindungan WNI, kami telah membuka KBRI bagi mereka yang ingin berlindung. Hingga Kamis malam pukul 20.00 waktu setempat (sama dengan Waktu Indonesia Tengah/WITA) telah ada sekitar 50 WNI yang berlindung di KBRI," kata Leroy Siagian, Sekretaris II Bidang Politik Penerangan dan Sosial Budaya (Polpensosbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) kepada ANTARA News di Dili, Kamis malam. "Kami juga melakukan koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat Indonesia yang memang sebelumnya telah diarahkan untuk menjadi focal point apabila terjadi situasi yang membahayakan keselamatan WNI," tambahnya. Selain mengoordinir WNI, mereka juga telah menampung warga yang mengungsi, antara lain di Susteran Elisabeth di Taibesi, Seminari Balide dan Masjid An-Nur, Kampung Alor, distrik Dili. Ia mengungkapkan, sejak Rabu (24/5) pertempuran di pinggiran (timur, utara dan barat) kota Dili terus berlangsung hingga Kamis ini. "Suara tembakan yang terus menerus telah menimbulkan kepanikan warga dan mengakibatkan kota Dili menjadi sangat sepi," katanya. Pada Kamis pagi itu, secara berpindah-pindah sekelompok massa melakukan pembakaran di beberapa lokasi di Kota Dili. "Setiap kali mereka dibubarkan oleh kelompok bersenjata berseragam militer dengan tembakan ke atas dan tidak lama kemudian datang pemadam kebakaran untuk memadamkan api yang dibuat oleh kelompok masa tidak dikenal itu," katanya. Situasi di ibukota Timor Leste, Dili, hingga Kamis siang, dilaporkan kian memburuk akibat terus berkobarnya pertempuran antara pasukan reguler Angkatan Bersenjata Timor Leste (FDTL) dan polisi nasional (PNTL) dengan prajurit yang dipecat karena dianggap membangkang dan desersi. Akibat situasi yang terus memburuk karena pertempuran bersenjata itu, kota Dili digambarkan bak seperti killing field (ladang pembantaian dalam konflik Kamboja-red.). "FDTL dan PNTL tercerai- berai dan Dili sudah menjadi killing field," kata Pemimpin Redaksi (Pemred) "Timor Post", Aderito Hugo da Costa, kepada ANTARA News dari Dili, Kamis. Di tengah berkecamuknya pertempuran FDTL dan PNTL dengan ratusan tentara yang telah dipecat Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak beberapa waktu lalu itu, pasukan pemberontak juga melakukan penyusupan ke kota dan berusaha menguasai Dili. "(Kondisi) pertempuran itu disertai adanya rebel inflitration (penyusupan para pemberontak) di kota dan mereka berupaya menguasai kota Dili," kata Hugo da Costa. Sementara itu, seorang warga Dili mengatakan, situasi saat ini tidak bisa diprediksi. "Tembakan keras masih terdengar di sana-sini," kata seorang ibu rumah tangga. "Keadaan sudah tidak bisa dikontrol. Kami mulai agak takut karena banyaknya isu yang beredar, dan saat ini tembakan keras masih terjadi di Lahane dan Becora," tambahnya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006