Ambon (ANTARA) - Penjabat Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena menyatakan Program Bekerja di Darwin,  Australia melalui agensi atau penyalur tenaga kerja yang memiliki lisensi.

"Program Bekerja di Darwin, Australia menjadi salah satu cara pemkot untuk menekan angka pengangguran, program tersebut merupakan kerja sama Disnaker Ambon dengan International Working Group Australia, Aston College Australia, dan Califorina Education Center Indonesia," katanya di Ambon, Kamis (30/3).

Ia mengatakan banyak perusahaan penyalur tenaga kerja ke luar negeri, tetapi tidak banyak yang memiliki lisensi khusus.

Oleh karena itu, kata dia, pelaksanaan program tersebut harus melalui penyalur yang memiliki lisensi.

"Yang pasti kami sudah berusaha untuk memfasilitasi melalui penyedia tenaga kerja yang memiliki lisensi, jika timbul masalah bisa saja kerja sama ini dihentikan, yang penting niat baik pemerintah membantu warga masyarakat," katanya.

Pemkot Ambon telah berusaha memfasilitasi perusahaan yang mau membuka lowongan untuk para pencari kerja di Ambon, tetapi biaya menjadi kewenangan perusahaan.

"Tugas pemerintah hanya memfasilitasi. Kami tidak bisa intervensi perusahaan, karena ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat bekerja di luar negeri," ujarnya.

Disnaker Ambon, lanjutnya, tidak melakukan pembohongan publik, karena semua biaya tersebut merupakan permintaan perusahaan penyedia lapangan pekerjaan dan sudah jelas peruntukan.

Baca juga: BP2MI libatkan desa untuk awasi penyaluran pekerja migran Indonesia

"Tidak ada pembohongan publik, apakah ada perusahaan yang mau mempekerjakan orang di luar negeri tanpa biaya? Tenaga kerja Indonesia (TKI) saja ada biaya," katanya.

Disinggung terkait keluhan calon tenaga kerja terkiat biaya Rp85 juta untuk dapat bekerja di Australia, hal tersebut menjadi pilihan para peserta, apakah dapat memenuhi atau tidak.

Pihaknya telah menjajaki peluang dengan Bank Mandiri agar dapat memberikan pinjaman KUR pekerja migran yang dapat dicicil jika telah bekerja.

Staf Califorina Education Center Indonesia Elyana menambahkan total biaya program kerja di Australia sebesar Rp85 juta untuk proses pengurusan sampai bekerja di Australia.

Biaya tersebut di antaranya sebagai kelayakan bekerja yang harus memiliki standar sertifikasi dari Aston Collage, pelatihan bahasa Inggris untuk mendapatkan sertifikat IELTS, biaya pelatihan keahlian sambil menunggu proses visa.

Selain itu, biaya tiket, asuransi jiwa dan kesehatan, biaya visa dan pemeriksaan kesehatan, akomodasi berupa tempat tinggal transportasi dan lainnya.

"Bidang pekerjaan yang dibuka untuk program ini adalah perhotelan, restoran, supermarket (toko modern), sementara untuk bidang pertanian dan peternakan belum dibuka," katanya.

Baca juga: Tim KBRI Beijing kunjungi tujuh WNI di penjara Qingdao China
Baca juga: Ratusan pekerja migran Indonesia di Taiwan ikuti Safari Ramadhan

 

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023