Chicago, USA (ANTARA) - National Institute on Aging (NIA) di Amerika Serikat mengucurkan dana sebesar 300 juta dolar AS (Rp4,4 triliun) untuk sebuah proyek berjangka enam  tahun dalam rangka pembuatan database Alzheimer, yang bisa digunakan untuk mencatat kondisi kesehatan warga selama puluhan tahun dan akan bisa membantu para peneliti untuk lebih memahami penyakit tersebut.

NIA, yang tergabung dalam Institut Kesehatan Nasional (NIH) milik pemerintah, menargetkan pembangunan platform data yang bisa menyimpan data kesehatan mayoritas warga Amerika Serikat dalam jangka panjang, kata petinggi NIA kepada Reuters mengenai dana tersebut.

Platform data tersebut akan mengambil data kesehatan dari catatan kesehatan, asuransi, farmasi, perangkat pribadi, sensor, dan berbagai agen pemerintahan yang lain, katanya.

"Data nyata adalah hal yang kita butuhkan untuk membuat berbagai macam keputusan mengenai efektivitas obat dan menjangkau populasi secara lebih luas dari apa yang uji klinik bisa lakukan," kata Dr Nina Silverberg, direktur pusat riset Alzheimer NIA.

Mencatat perkembangan pasien sebelum dan sesudah menunjukkan gejala Alzheimer diyakini penting dalam membuat langkah-langkah penanganan penyakit tersebut. Alzheimer bisa menjangkit 20 tahun sebelum masalah-masalah soal ingatan mulai tampak.

Penelitian Alzheimer dibantu oleh Leqembi, sebuah terobosan baru yang dibuat Eisai Co Ltd dan Biogen Inc. Pengobatan itu bisa memperlambat laju penyakit pada pasien stadium awal.

Database ini bisa mengidentifikasi orang-orang sehat yang punya resiko terkena Alzheimer, dan datanya bisa digunakan untuk uji coba obat di masa mendatang. Database ini juga diharapkan bisa menangani masalah kurangnya representasi orang-orang etnis lain dalam uji klinis Alzheimer, dan juga menarik perhatian di luar kalangan medis akademik di perkotaan.

Setelah dibangun, platform ini bisa melacak pasien yang sudah menerima pengobatan semacam Leqembi. Leqembi sudah mendapat persetujuan dari Amerika Serikat, dan diharapkan akan mendapatkan izin dari Badan Pengawas Makanan dan Obat (FDA) pada 6 Juli mendatang.

Kemungkinan fitur pelacakan tersebut akan dibutuhkan dalam paket kesehatan Medicare khusus orang dewasa, sebagai syarat untuk mengganti dana yang dikeluarkan untuk pengobatan Leqembi.

"Kita tidak mendesainnya untuk hal itu," kata Silverberg. Namun, dia menambahkan bahwa mungkin saja hal tersebut dilakukan.

Pusat Pelayanan Medicaid dan Medicare, yang menjalankan program asuransi tersebut, tidak membalas permintaan untuk berkomentar.

Silverberg menambahkan bahwa platform tersebut memungkinkan para peneliti yang sedang melakukan riset penyakit lain, untuk lebih memahami jenis pasien yang paling rawan terkena dampak dari obat-obatan terkait.

Di saat pandemi, Amerika Serikat tertinggal dibandingkan negara-negara lain yang sistem kesehatannya bisa menganalisis data pasien untuk resiko COVID-19.

Sistem yang direncanakan ini akan dibuat dalam lingkungan komputasi yang aman, yang dilindungi beberapa pembatasan sebagai upaya untuk membuat privasi data kesehatan lebih aman, ujar Silverberg.

Program hibah yang diumumkan pada 13 Maret itu telah direncanakan selama bertahun-tahun lamanya. Dana tersebut akan mulai disalurkan pada April 2024, dengan tujuan untuk membuat daftar khusus Alzheimer pada 21 bulan yang akan datang.

Beberapa pemangku kepentingan, seperti Medicare, Asosiasi Alzheimer, dan UsAgainstAlzheimer (Kita Melawan Alzheimer), mengikuti lokakarya yang membahas tentang desain platform tersebut, pada musim semi yang lalu.

Kepala bidang sains di Asosiasi Alzheimer, Maria Carillo, mengatakan bahwa pihaknya akan membuat permohonan atas dana hibah NIA tersebut. Selama 6 tahun, akan diberikan 50 juta dolar AS (Rp748 miliar) per tahun.

Kepala bagian data di divisi sumber daya dan analisis data NIH, Partha Bhattacharyya, mengatakan bahwa dia membayangkan bahwa platform ini akan membantu peneliti untuk merekrut orang di berbagai belahan Amerika Serikat.

"Jika mau berkontribusi lebih besar dalam pencegahan, kita harus mulai lebih awal. Ya tidak pada saat umurnya 65 tahun," ujarnya.

Sumber: Reuters
Baca juga: Pentingnya perawatan pascadiagnosis bagi penyandang Alzheimer
Baca juga: Kenali penyebab Alzheimer yang jarang disadari, salah satunya stres
Baca juga: Solusi agar Alzheimer tak lagi bikin minder

Penerjemah: Mecca Yumna
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023