Hingga kemarin di Pesisir Selatan itu belum ada persiapan untuk mengantisipasi arus mudik
Padang (ANTARA) - Ombudsman Republik Indonesia perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan hingga kini masih ada daerah di provinsi tersebut yang belum mengantisipasi potensi kemacetan saat arus mudik Idul Fitri 1444 Hijriah/Lebaran 2023.

"Hingga kemarin di Pesisir Selatan itu belum ada persiapan untuk mengantisipasi arus mudik," kata Kepala Ombudsman RI perwakilan Sumbar Yefri Heriani di Padang, Rabu.

Padahal Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Bukittinggi, Solok, Kota Padang, dan beberapa daerah lainnya, kata dia, selama ini merupakan daerah yang kerap terjadi kemacetan saat arus mudik Lebaran.

Bahkan pada tahun 2022 Ombudsman Sumbar menerima laporan dari warga yang awalnya hendak menuju Kabupaten Pesisir Selatan, namun batal karena banjir. Jika tetap dipaksakan, maka masyarakat yang hendak menuju Pesisir Selatan bisa memakan waktu perjalanan hingga 24 jam.

"Jadi cukup berat juga yang perlu kita siapkan dalam menghadapi mudik Lebaran tahun ini," ujar Heriani.

Baca juga: Pemprov Sumbar uji coba jalur "one way" hindari kemacetan

Berkaca dari kejadian tahun-tahun sebelumnya, Ombudsman Sumbar mengidentifikasi beberapa penyebab kemacetan di wilayah itu. Pertama, jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan ruas jalan.

Faktor kedua yaitu jalur alternatif yang disiapkan pemerintah daerah (pemda) tidak efektif akibat kurangnya sosialisasi kepada pengguna jalan, minim informasi dan petunjuk jalur alternatif, jumlah petugas yang masih terbatas, dan ruas jalan menjadi lahan parkir.

Kemudian faktor lainnya yaitu kondisi jalan yang rusak, bencana alam, perilaku pengguna jalan yang tidak patuh lalu lintas, bahu jalan yang dijadikan lokasi berdagang oleh masyarakat sehingga menimbulkan kemacetan. Berikutnya pasar tumpah hingga penyempitan ruas jalan karena praktik meminta sumbangan di jalanan yang dilakukan warga.

Ia menambahkan pada musim mudik 2022 Ombudsman Sumbar mendapatkan fakta bahwa jarak tempuh dari Kota Padang menuju Kota Bukittinggi bisa mencapai delapan jam. Padahal pada hari biasa jarak tempuh tersebut hanya berkisar 2-3 jam.

"Bahkan pada H+2 itu macet hingga 24 jam," ujarnya.

Baca juga: Pakar : pengoperasian kereta api solusi atasi kemacetan di Sumbar
 
 

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023