jangan disamakan di sini (Terminal Grogol) dengan Terminal Kelideres atau Terminal Pulo Gadung
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah petugas agen penjualan tiket bus di Terminal Grogol, Jakarta Barat, mengeluhkan sepinya penumpang perjalanan jarak jauh atau mudik pada pekan ketiga Bulan Ramadhan.

"Di sini sebelum dan ketika Bulan Ramadhan sama saja jumlah penumpangnya. Ramainya paling ketika hari Jumat saja, ketika akhir pekan. Sebelum Ramadhan juga sama saja, ramainya pada hari Jumat," kata seorang petugas agen penjualan di Terminal Grogol khusus angkutan luar kota pada Sabtu.

Petugas agen bus tersebut mengatakan bahwa Bulan Ramadhan tidak berpengaruh terhadap jumlah penumpang di Terminal Grogol, meskipun terminal itu menjadi terminal bantuan setelah Kalideres untuk wilayah Jakarta Barat.

"Pokoknya jangan disamakan di sini (Terminal Grogol) dengan Terminal Kelideres atau Terminal Pulo Gadung. Di sini sama di sana beda," ungkap petugas tersebut.

Sepinya penumpang diduga berkaitan dengan semakin banyaknya opsi angkutan umum untuk mudik lebaran, antara lain kereta api hingga layanan mudik gratis yang disediakan pemerintah hingga pihak swasta.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah mempersiapkan 2.300 armada bus untuk diberangkatkan dari tujuh terminal di DKI Jakarta.

Tujuh terminal itu terdiri dari empat terminal utama yakni Pulo Gebang, Kampung Rambutan, Kalideres dan Terminal Tanjung Priok.  Sedangkan tiga terminal bantuan yang disiapkan antara lain Terminal Muara Angke, Terminal Grogol, dan Terminal Lebak Bulus.

Sepinya penumpang di Terminal Grogol juga dibenarkan para penjual makanan di terminal.

"Sama saja jumlah pembelinya. Pelanggan saya juga biasanya hanya supir-supir dan petugas di sini. Jarang penumpang datang ke sini. Itu pun mereka menyebar di warung-warung yang ada. Kan banyak warung di sini. Jadi ya tidak ada bedanya saat Bulan Ramadhan," ungkap pemilik warung tersebut.

Selain sepinya penumpang, petugas penjual tiket perjalanan juga terdampak dengan perubahan bisnis daring di mana konsumen bisa langsung memesan tiket melalui OTA (online travel agent).

"Kalau penumpang memesan tiket bus lewat aplikasi online, berarti kita tidak dapat apa-apa," ungkap petugas agen penjualan tiket di Terminal Grogol.

"Kalau di Terminal Pulo Gebang petugas porter bakal dibayar sejumlah barang yang diangkat. Tapi kalau di sini kita tidak dibayar seberapa pun banyak barang yang kita bantu angkat. Pernah saya angkat tiga buah koper besar, tapi tidak dibayar apa-apa. Ya kita hanya ikuti perintah agen. Kalau agen nyuruh buat angkat barangnya ya, kita angkat," ungkap petugas agen tersebut. 

Selain itu, pemesanan tiket melalui OTA juga membuat bus harus sampai di lokasi sesuai waktu yang tertera pada tiket perjalanan, namun tidak menyesuaikan dengan kondisi lalu lintas.

"Pernah ketika sedang terjadi banjir di Tangerang, penumpang tiket online di sini sudah mengeluh dan marah-marah supaya supir kita lebih cepat. Akhirnya kami kirim video banjir di Tangerang, baru penumpangnya mengerti," cerita petugas tersebut. 

Untuk perubahan bisnis pemesanan tiket tersebut, petugas penjual tiket di terminal mulai beralih ke profesi lain, misalnya tukeng ojek.

"Makanya buat cari uang tambahan saya ngojek, pernah juga serabutan buat ngecat rumah orang," kata petugas tersebut.

Baca juga: Penumpang Terminal Grogol keluhkan minimnya fasilitas ruang tunggu

Baca juga: Terminal Pulo Gebang berangkatkan 1.000 pemudik pada libur Jumat Agung

Baca juga: Pemudik bus lebih nyaman nikmati perjalanan berkat penambahan fitur



 

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023