Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mengungkapkan okupansi sektor perhotelan di Jakarta tidak akan mengalami penurunan ketika ibu kota negara pindah ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.

"Tentunya lembaga-lembaga pemerintahan dan kementerian akan meningkatkan okupansi sektor perhotelan di IKN dan wilayah sekitarnya, namun pada saat yang sama saya tidak melihat akan adanya penurunan okupansi sektor perhotelan di Jakarta," ujar Senior Vice President Investment Sales Hotels & Hospitality Group JLL Asia Pacific Julien Naouri dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Julien menambahkan, hal ini dikarenakan terdapat banyak kegiatan bisnis yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur baru di IKN yang tentunya didorong (lead) dari Jakarta.

Dengan demikian, kemungkinan akan ada banyak pelancong (traveler) baru yang datang ke Jakarta.

Dalam kesempatan sama, Julien menyampaikan bahwa sektor perhotelan di Jakarta, khususnya perhotelan mewah terus mengalami pemulihan seiring dengan kedatangan turis asing secara signifikan.

Dalam dua bulan pertama pada 2023, lebih dari 243 ribu turis asing mengunjungi Jakarta. Hal ini menunjukkan kenaikan 8 kali dibandingkan Januari - Februari 2022 dan meningkat 65 persen dibandingkan Januari - Februari 2019.

Kendati demikian permintaan hotel di Jakarta masih terus didorong oleh permintaan turis domestik.

Jakarta saat ini memiliki 58.150 kamar hotel yang eksisting pada kuartal pertama 2023, dengan hanya satu pasokan hotel baru. Diperkirakan 1.802 kamar hotel baru akan memasuki pasar perhotelan Jakarta pada Tahun 2025.

Julien memperkirakan secara keseluruhan total investasi hotel di Indonesia pada tahun ini dapat mencapai 300 juta dolar AS.


Baca juga: Sandiaga yakin IKN pindah tak mempengaruhi situasi hotel di Jakarta


Baca juga: Rangkaian kegiatan KTT G20 dongkrak kinerja hotel di Jakarta dan Bali

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023