Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama Selasa mendesak Presiden Rwanda Paul Kagame menghentikan semua dukungan bagi pemberontak di Republik Demoratik Kongo yang dilanda konflik, kata Gedung Putih.

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan keras tentang desakan kepada para pemimpin setelah Washington memberlakukan sanksi-sanksi terhadap dua pemimpin penting kelompok pemberontak M23, dengan mengatakan mereka menggunakan anak-anak sebagai tentara dan memilih anak-anak sebagai sasaran-sasaran.

Dalam percakapan teleponnya dengan Kagame, Obama "menegaskan bahwa setiap dukungan kepada kelompok pemberontak M23 tidak konsisten dengan keinginan Rwanda bagi stabilitas dan perdamaian," kata Gedung Putih.

Obama menegaskan kepada Kagame tentang "pentingnya dihentikan secara tetap semua dukungan kepada kelompok-kelompok bersenjata di Republik Demokratik Kongo (DRC), terkait dengan komitmen-komitmen baru-baru ini yang ia buat.

Ia mengusahakan satu perjanjian politik yang dapat dipercaya dan transparan termasuk mencabut kekebalan dari hukuman bagi para komandan M23 dan lain-lain" yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia, kata pernyataan itu.

Pemerintah DRC memerangi M23, kelompok mantan tentara yang membangkang yang menurut para pakar PBB didukung Rwanda, sejak mereka melakukan pemberontakan April lalu.

Beberapa pemimpin kelompok itu dikenai sanksi-sansi PBB atas tuduhan melakukan tindakan kejam.

Obama menyeru dilakukan satu perjanjian politik di DRC

"memusatkan perhatian pada masalah-masalah keamanan regional, ekonomi dan pemerintah yang baik sementara menghormati kedaulatan dan integritas DRC."

Gedung Putih mengatakan ia telah menyampaikan pesan yang sama kepada Presiden DRC Joseph Kabila.

Dalam pembicaraan mereka, Obama dan Kagame juga membicarakan masalah pemrintahan yang belumdituntaskan," kata Gedung Putih.

"Presiden Obama menyambut baik komitem Presiden Kagame untuk terus mengusahakan satu solusi damai bagi daerah DRC timur," tambahnya.

Juga pada Selasa, AS mengeluarkan satu himbauan baru bagi penangkapan dan diadili dua pemimpin pemberontak dari Rwana dan DRC yang dicari Pengadilan Pidana Internasional (ICC) bagi kejahatan perang.

Sylvestre Mudacunura, kepala kelompok pemberontak Hutu utama dan Bosco Ntaganda dari DRC, seorang mantan jenderal yang memimpin pemberontakan di timur, keduanya adalah sasaran perintah-perintah penangkapan yang dikluarkan ICC, menurut AFP.

(H-RN/M016)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012