Memang cukup sedih ketika Lebaran tidak bisa berkumpul ... Tetapi alhamdulillah, keluarga memahami
Jakarta (ANTARA) - Pagi berganti siang, siang bersilih senja, lantas senja mengait layar malam untuk mengulang kembali menyambut pagi. Setiap hari dari simpang metropolitan di sudut ibu kota, berdiri tegak seorang pria yang telah lahir batin menyatakan diri sebagai abdi negara.

Berbekal perangkat komunikasi gelombang radio yang melekat dalam genggaman, pria tersebut dengan penuh kecermatan mengawasi laju satu demi satu putaran roda kendaraan yang melintasi batas pandang cakrawala.

"Hari ini saya belum sempat pulang ke rumah sejak semalam karena ada kunjungan dari para petinggi. Hari pertama Idul Fitri setiap tahun, saya selalu sedang bertugas di lapangan," katanya.
Iptu Junaedi Effendi kala mengemban tugas di Pos Pelayanan Lebaran 2023 Polres Metro Jakarta Timur, Polsek Duren Sawit, Sabtu (22/4). ANTARA/Ahmad Faishal

Inspektur Polisi Satu (Iptu) Junaedi Effendi adalah sosok yang memegang tanggung jawab sebagai Kepala Pos Pelayanan Lebaran 2023 Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Timur, Kepolisian Sektor (Polsek) Duren Sawit.

Terhitung selama lima belas hari sepanjang arus mudik-arus milir libur Lebaran 2023 kali ini, sosok kelahiran 6 Juni tersebut mendapatkan tugas untuk memastikan kelancaran dan keamanan arus lalu lintas yang menjadi wilayah kerjanya.

"Hampir lima tahun saya menjadi Kepala Pos di sini, dari libur Lebaran, Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru, selalu siap melayani masyarakat. Kalau ditanya ingin mudik atau tidak, kangen keluarga atau tidak, tentu saja jawabannya kangen dan ingin pulang kampung," katanya sambil tersenyum.

Memenuhi panggilan jiwa dalam bertugas, Iptu Junaedi memang nyaris tak pernah pulang kampung ke tanah kelahirannya di Kecamatan Kampung Dalam, Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat, setiap kali takbir menggema sebagai pertanda Idul Fitri atau Idul Adha tiba.

Sebagai prajurit, ia harus selalu siap kala mendapatkan penugasan apa pun dan di mana pun. Mengabdi di kepolisian sejak tahun 1987, bapak lima anak dan empat cucu tersebut mengingat hanya dua kali ia sempat melepaskan rindu dengan anggota keluarga yang ada di Pariaman.
Iptu Junaedi Effendi (kanan) bersama salah seorang anggota kala mengemban tugas di Pos Pelayanan Lebaran 2023 Polres Metro Jakarta Timur, Polsek Duren Sawit, Sabtu (22/4). ANTARA/Ahmad Faishal

"Pertama pulang kampung ketika ada gempa di Padang tahun 2009, kalau tidak salah. Itu pun tidak bisa disebut cuti resmi karena saya ke sana akibat keadaan darurat, sedangkan cuti resmi pulang kampung ya empat tahun lalu, sebelum COVID-19," pendeknya.

Iptu Junaedi memahami benar bahwa panggilan tugas sudah menjadi naluri dasar kehidupannya selama ini. Rasanya memang berat ketika di hari-hari penting seperti Idul Fitri, tidak bisa menemui anggota keluarga terdekat untuk bercengkerama.

"Sebelum orang tua meninggal, rasa rindu itu sangat besar. Apalagi ketika mendengar suara gema takbir di mana-mana, tentu sedih. Akan tetapi mau menangis, ya kita ini kan prajurit," senyum lelaki yang bergelar sarjana hukum dari Universitas Bung Karno pada 2014.


Awal pengabdian

Junaedi Effendi memulai kehidupan tangguh sebagai pria sejati kala memutuskan merantau menuju Medan Sumatera Utara pada usia 12 tahun. Tumbuh besar dari keluarga petani, anak ketiga dari empat laki-laki bersaudara itu menyelesaikan masa SMP di Medan dengan menumpang hidup bersama sang kakak.

Daya pikat Kota Jakarta membuatnya tak kuasa membendung hasrat untuk mencari peruntungan di Jakarta. Setamat SMP, ia pun hijrah ke ibu kota dan menuntaskan pendidikan tingkat atas di SMA 14 Cawang Jakarta Timur.

Tinggal bersama kakak tertua di Jakarta, Junaedi sempat menganggur selama satu tahun selepas lulus dari SMA. Ia kemudian memanfaatkan waktu untuk berjualan sepatu di kawasan kaki lima dekat Gardu Induk PLN Cawang.

"Saya jualan di situ, berteriak-teriak manggil-manggil setiap orang yang lewat," kenangnya.
Iptu Junaedi Effendi (kanan) bersama salah seorang anggota kala mengemban tugas di Pos Pelayanan Lebaran 2023 Polres Metro Jakarta Timur, Polsek Duren Sawit, Sabtu (22/4). ANTARA/Ahmad Faishal

Pada masa itu, Junaedi juga kerap membantu usaha salah seorang kakak sepupu yang berprofesi sebagai penjahit pakaian. Sang kakak sepupu yang sering mendapatkan pesanan dari para anggota Asrama Brimob Petamburan Jakarta Pusat, suatu waktu secara iseng bertanya kepada salah seorang anggota polisi mengenai kemungkinan si adik sepupu menjajal karier di dunia Bhayangkara.

"Saya disuruh mendaftar kalau ada pembukaan. Saking bersemangat, saya antre mengambil nomor di kantor Polda sejak pukul 12 malam dan baru mendapatkan nomor pukul 11 siang," katanya sambil tertawa.

Rupanya, rezeki dan alur kehidupan Junaedi memang ditakdirkan ada di situ. Usai mengikuti berbagai tes, Junaedi dan sebanyak 600 orang lainnya diterima untuk selanjutnya menjalani serangkaian pendidikan dan pelatihan.

"Zaman itu, pendidikan sekitar 11 bulan ditambah praktik jadi genap satu tahun. Karena daya tampung (pusat pendidikan) di Lido cuma 400 orang, maka saya dikirimkan ke Porong, Surabaya, bersama dua ratusan orang lainnya. Dari jumlah itu, yang balik ke Jakarta cuma 21 orang, termasuk saya," paparnya.
Iptu Junaedi Effendi kala mengemban tugas di Pos Pelayanan Lebaran 2023 Polres Metro Jakarta Timur, Polsek Duren Sawit, Sabtu (22/4). ANTARA/Ahmad Faishal

Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menjadi wilayah kedinasan pertama Junaedi. Setelah naik pangkat menjadi sersan satu senior menjelang sersan kepala, ia dipindahkan ke Polres Jakarta Timur selama dua tahun. Setelah itu, pelayanan kepada negara berpindah ke Polsek Duren Sawit hingga saat ini.

Selalu setia pada kedinasan, Iptu Junaedi mengaku tak pernah terpikir untuk menjadi seorang abdi negara di kepolisian. Menurutnya, saat masih kecil, ia malah tidak memiliki cita-cita karena di kampungnya tidak banyak orang dengan profesi yang beragam.

"Pegawai negeri sipil saja jarang sekali di kampung saya waktu itu. Akan tetapi, sekarang di kampung saya sudah banyak guru dan ada dua orang polisi," ungkapnya.


Jalin silaturahmi

Saat mudik terakhirnya pada 2019, lelaki yang pernah menjadi bagian Samapta Bhayangkara (Sabhara) tersebut hanya mengajak sang istri mengunjungi kakak sepupu dan saudara-saudara perempuannya di Kampung Dalam. Mengobati rasa rindu yang belum terbayar sejak sepuluh tahun sebelumnya, Iptu Junaedi memutuskan terbang ke kampung halaman dan menghabiskan waktu 10 hari di kampung.

"Saya mendapatkan cuti enam hari, namun komandan saya memberikan tambahan hari karena bisa memahami bahwa saya sangat jarang kembali ke kampung selama bertahun-tahun," jelasnya.

Meski demikian, praktis hanya dua kali itulah Iptu Junaedi secara resmi mengajukan cuti pulang ke kampung halaman. Ia lebih banyak mengabdikan hidupnya untuk kedinasan selama berpuluh tahun sejak kali pertama menjadi anggota polisi pada 1987.

"Ya, kalau mengajak liburan keluarga sesekali pernah juga untuk jarak dekat, misalnya, jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah. Selebihnya, lebih banyak waktu untuk bertugas, jarang sekali ambil cuti," tandas pria yang mengikuti pendidikan Perwira dan lulus pada 2016.
Iptu Junaedi Effendi kala mengemban tugas di Pos Pelayanan Lebaran 2023 Polres Metro Jakarta Timur, Polsek Duren Sawit, Sabtu (22/4). ANTARA/Ahmad Faishal

Sebagai pengobat rasa rindu sekaligus menjaga silaturahmi, Iptu Junaedi tak lupa mengunjungi sang kakak yang memiliki usaha garmen rumahan di bilangan Bekasi dan adik yang menjadi seorang pedagang.

"Selalu saya yang mendatangi mereka karena kalau sebaliknya, seringkali kami tidak bertemu karena saya pasti sedang bertugas," pendeknya.

Lagi pula berkat kemajuan zaman, Iptu Junaedi bersyukur bahwa perkembangan teknologi saat ini memungkinkan setiap orang untuk melepaskan rindu lewat panggilan telepon video.

"Hari ini saya sempat video call dengan saudara-saudara di kampung. Mereka tanya kenapa saya tidak pulang, saya jelaskan masih bertugas. Dari seragam yang saya kenakan, mereka sudah tahu kalau saya tidak akan mudik," katanya mengulum senyum.

Iptu Junaedi memahami benar bahwa momentum libur Lebaran adalah saat paling tepat melepaskan kerinduan kepada sahabat-sahabat masa kecilnya.

"Rasa kangen ibarat pepatah walau hujan emas di negeri orang, tapi tetap lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Ada keinginan dan kerinduan bertemu dengan teman-teman yang hanya terobati saat libur Lebaran," tandas Iptu Junaedi.
Iptu Junaedi Effendi melakukan panggilan telepon video dengan saudaranya usai bertugas pada hari pertama Idul Fitri 1444 H, Sabtu (22/4). ANTARA/Ahmad Faishal

Meski begitu, selama 35 tahun mengabdi dan hanya dua kali mengambil cuti untuk pulang ke kampung halaman, dirinya tetap mengikat sikap setia bahwa tugas negara jauh lebih penting ketimbang urusan pribadi.

"Setiap bertugas selalu dibawa senang. Memang cukup sedih ketika Hari-H Lebaran tidak bisa berkumpul atau hadir kalau ada masalah di keluarga. Akan tetapi alhamdulillah, keluarga memahami bahwa itu adalah risiko pekerjaan," tutupnya.

Dedikasi Junaedi selama puluhan tahun itu membawa banyak orang merasa aman dan nyaman di jalan. Sikap hormat dan senyum tulus pengguna jalan ketika bertatap muka dengannya merupakan bisikan doa kebaikan baginya.

Satu hal yang entah mungkin luput atau sengaja tak mau terpikirkan oleh sosok Iptu Junaedi Effendi adalah bahwa di balik tugas yang diembannya selama ini, terselip bisikan-bisikan doa kebaikan dari setiap pengguna jalan yang merasa aman kala melintasi sebuah simpang metropolitan di sudut Ibu Kota, tempat seorang pria berdiri tegak yang telah menegaskan dirinya sebagai abdi negara.
















 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023