“Jarak tempuh ke Halim lebih dekat dibanding ke Soetta, makanya sering berpergian ke luar kota milihnya Bandara Halim,”
Jakarta (ANTARA) - Bandara Halim Perdanakusuma yang terletak di Ibu Kota Jakarta, tepatnya di Kecamatan Makassar, Jakarta Timur menjadi alternatif pilihan warga Jakarta, Bekasi dan sekitarnya untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat udara.

Berbagai kemudahan akses yang dirasakan penumpang seperti parkiran, naik turun penumpang, hingga mobilsasi di terminal yang tidak terlalu luas seperti Bandara Soekarno-Hatta (Soeta) menjadi alasan warga memilih bandara yang berdiri sejak Januari 1974 tersebut sebagai lokasi keberangkatan ataupun kedatangan.

“Jarak tempuh ke Halim lebih dekat dibanding ke Soetta, makanya sering berpergian ke luar kota milihnya Bandara Halim,” kata Raden Ayu Anggynesia (35) warga Bengkulu yang bekerja di Jakarta, saat ditemui di Halim, Rabu.

Menurut Anggy, jarak tempuh dari Jakarta Pusat ke Bandara Halim hanya 15 kilo meter (KM) dapat ditempuh menggunakan onjek daring (Onjol) kurang lebih 30 menit bila tidak terjadi kemacetan arus lalu lintas. Sedangkan menggunakan taksi, juga tidak sampai satu jam perjalanan.

Kondisi ini berbeda bila harus menempuh perjalanan ke Bandara Soetta yang memerlukan waktu satu hingga dua jam sebelum keberangkatan, guna menghindari kemacetan dan antrean di meja check in.

Penumpang dari arah Bekasi, Jakarta Timur juga memilih Halim karena jarak tempuh yang dekat. Sedangkan penumpang yang tinggal di wilayah Jakarta Barat, tidak jadi pilihan karena lebih dekat ke Cengkareng.

“Kalau dari Bekasi juga lebih dekat ke Halim ya,” kata Anton, pekerja dari Bekasi.

Kemudahan lainnya, Bandara Halim hanya memiliki satu terminal, di sisi kanan adalah terminal keberangkatan dan sisi sisi adalah kedatangan.

Begitu sampai di bandara, turun dari kendaraan atau parkiran penumpang tidak perlu berjalan jauh ataupun menggunakan bus antar jemput, cukup berjalan kaki tidak terlalu jauh sudah bisa langsung menuju pintu masuk keberangkatan.

Begitu pula dengan ruang tunggu dan menuju boarding ke pesawat juga tidak terlalu jauh. Lokasi Bandara Halim juga ramah diakses dengan menggunakan sepeda motor.

Tersedia parkiran sepeda motor bagi penerbang solo, bisa memarkirkan motor di luar bandara yang dikelola oleh pemuda setempat, sehari biaya parkir Rp5.000 sedangkan kendaraan menginap dikenakan tarif Rp10 ribu per hari nya.

Untuk tempat ibadah bagi yang beragama Muslim juga bisa memilih shalat di masjid yang berada di area parkir atau di terminal yang berada di tengah-tengah. Mau ke mana saja, jarak tempuhnya dekat.

Jika bosan menunggu keberangkatan atau menjemput kerabat, bisa mencicipi berbagai kuliner yang tersaji di kios-kios makanan yang berjejer di sepanjang terminal Bandara Halim, mulai dari jajaran barat, hingga kuliner nusantara, seperti Soto Sulung Surabaya, Soto Kudus, Selera Minang, hingga makanan cepat saji pun tersedia beragam pilihan.

Tidak hanya itu, penumpang yang sudah berada di ruang tunggu juga enggak akan kebingungan mencari jajanan, karena di dalam ruang tunggu juga tersedia waralaba

Executive General Manager Kolonel Nav Insan Nanjaya menyebut, pelayanan, saranan dan prasarana setiap bandar sama karena hal tersebut sudah tersandarisasi oleh Direktorat Bandar Udara, Dirjen Perhubungan Udara Kemenetrian Perhubungan.

“Yang membedakan Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, yaitu letak bandara yang sangat strategis karena terletak di Jakarta dan mempunyai jarak tempuh yang cukup dekat maupun waktu temput yang cukup pendek,” kata Insan.

Kondisi ini, lanjut Insan, membuat transportasi umum seperti PUSKOPAU, taksi reguler dan taksi daring, serta moda angkutan darat lainnya dapat beroperasi lebih efisien di Bandara Halim.

Dalam sehari, Bandara Halim mampu melayani belasan ribu penumpang dengan seratus lebih penerbangan. Hanya saja, Halim menyediakan dua maskapai penerbangan (Batik Air dan Citilink) dengan rute-rute domestik favorit seperti Yogyakarta, Kualanamu, Malang, Solo, Bengkulu, Balikpapan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Denpasar, Samarinda, Silangi, dan Makassar.

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023