Jakarta (ANTARA News) - Pergantian malam tahun baru selalu meninggalkan kesan tersendiri bagi warga, apalagi yang ikut merayakannya di pusat-pusat keramaian seperti Monumen Nasional (Monas).

Seorang PNS di Jakarta Pusat, Muhammad Toha (39), mengatakan perayaan tahun baru kali ini lebih ramai dan beragam karena ada berbagai macam acara rakyat, mulai pergelaran musik sampai karnaval.

"Ya mau jalan-jalan di Monas, silakan. Yang mau nonton band, silakan ke Thamrin. Yang mau nonton qosidah, silakan ke sini. Lebih beragam," katanya kepada ANTARA News Senin tengah malam tadi.

Hal senada dikatakan seorang pegawai Bank Mandiri, Resa Pratama (29), "Jika tahun lalu pusat acara hanya di Monas dan Ancol, kini mulai menyebar ke jalan protokoler Thamrin dan Sudirman."

Sementara, Muslim (42) yang adalah buruh dari daerah Bekasi, melihat tidak ada perbedaan suasana antara tahun-tahun sebelumnya, kecuali keramaiannya.

Ia sendiri menganggap malam tahun baru adalah saat untuk menghabiskan waktu dengan keluarga, mengingat waktu luang pekerjaan buruh sangat sempit.

"Malam tahun baru mah sama aja, cuma mau ngajak anak-anak melihat petasan dan pesta kembang api," katanya.

Ia mengapresiasi PT. KAI yang menambah waktu perjalanan KRL Jabodetabek sampai tengah malam sehingga warga pinggiran bisa merasakan meriahnya pergantian tahun baru di pusat kota.

"Naik bis nggak mungkin kalau tengah malam. Kalau kereta kan tinggal turun di Stasiun Bekasi, langsung naik motor, lebih mudah dan cepat," katanya.

Asep, seorang pedagang baju, lebih menyukai pergantian malam tahun baru setahun lalu karena cuaca waktu itu cerah, tidak seperti malam tadi.

"Ah payah nih, pawang hujannya kurang sakti, masa dari tadi terus hujan," kata lelaki asal kota Bandung ini.

(adm)

Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013