"Memanennya harus menyelam, sebab genangannya cukup dalam."
Tuban (ANTARA News) - Banjir bandang melanda di sejumlah desa di Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, sejak Jumat (4/1) malam yang mengakibatkan ratusan hektare tanaman padi rusak dan gagal panen.

"Ada sejumlah desa di Kecamatan Soko yang dilanda banjir bandang, tapi kerusakan tanaman padi terparah di Desa Sandingrowo dan sekitarnya," kata Komandan Komando Resor Militer (Danramil) Kecamatan Soko, Kapten Inf. Subiyanto, Sabtu.

Ia menjelaskan, banjir bandang di wilayah setempat terjadi setelah terjadi hujan deras di wilayah perbukitan Wadang dan sekitarnya di Kecamatan Soko, Jumat (4/1) sekitar pukul 20.00 WIB.

"Banjir bandang di tempat kami berlangsung sekitar dua jam, air di kantor kami kemasukan air yang bercampur lumpur tingginya sekitar 80 centimeter," katanya, ketika ditemui ANTARA News sedang membersihkan lumpur di kantor Koramil Soko, bersama stafnya.

Ia menyebutkan, banjir bandang dari perbukitan Wadang itu, diantaranya, melanda Desa Plumpit, Prambon, Soko, Semanding, Sandingrowo dan Kenongosari, semuanya di Kecamatan Soko.

Banjir bandang itu, menurut dia, saat ini masih melanda Desa Sandingrowo, dan sekitarnya, sebab di desa setempat juga terendam air luapan Bengawan Solo.

"Kami juga memperoleh informasi ada tiga sapi milik warga yang hanyut terbawa banjir bandang," katanya.

Seorang pengelola sekolah bermain (play group) Cerdas Ceria di Desa Soko, Ulda mengemukakan, banyak permainan anak-anak di tempatnya yang hanyut terbawa arus air banjir bandang.

"Airnya deras, sampai pagar di tempat kami juga roboh diterjang banjir bandang," ujarnya.

Secara terpisah, Masngud (55), petani Desa Sandingrowo, Kecamatan Soko, menjelaskan bahwa areal tanaman padi yang terendam air banjir bandang dan luapan Bengawan Solo di desanya mencapai 150 hektare yang sebetulnya semua sudah siap panen.

Tanaman padi itu, menurut dia, hanya sebagian kecil yang berhasil dipanen paksa para petani, sebab genangan air banjir yang merendam tanaman padi cukup dalam.

"Memanennya harus menyelam, sebab genangannya cukup dalam," kata seorang petani lainnya, Abdul Sukur.

Abdul Sukur mencontohkan, tanaman padinya seluas 1,5 hektare, hanya mampu dipanen paksa 12 sak gabah, karena 10 tenaga kerja pemanen sudah tidak mampu lagi untuk memanen dengan cara menyelam.

"Pedagang tidak ada yang mau membeli gabah saya, karena kondisinya rusak, padahal saya sudah mengeluarkan ongkos memanen Rp500.000," katanya menambahkan.

Banjir juga melanda sejumlah kawasan di Bojonegoro yang bertetangga kabupaten dengan Tuban. Banjir di Bojonegoro diperparah dengan meluapnya Bengawan Solo, dan menggenangi sejumlah sawah maupun perkebunan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013