Jakarta (ANTARA) - Ekonom Makro Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan LPEM FEB UI Faradina Alifia Maizar mengatakan, neraca perdagangan Indonesia tumbuh positif dengan surplus 12,3 miliar dolar AS pada kuartal I-2023 (Q1), terbantu dibukanya pintu perdagangan China pasca pandemi COVID-19.

"Kinerja surplus yang stabil pada kuartal I-2023 itu dihasilkan dari berlanjutnya pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Selain itu dibukanya pintu perdagangan China pasca pandemi juga berkontribusi meningkatkan neraca perdagangan Indonesia," kata Faradina di Jakarta, Kamis. 

Dikatakannya, selain itu, neraca Indonesia masih mencetak  surplus sebesar 12,3 miliar, karena harga komoditas yang perlahan sudah turun sejak kuartal terakhir tahun 2022. 

Faradina mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,5 miliar dolar AS.

Ekspor nonmigas ke China meningkat sebesar 56 persen pada kuartal I-2023, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut menjadi indikator ekspor Indonesia yang tumbuh 37 persen.

Dari segi impor, Faradina mencatat pertumbuhan impor sebesar 27 persen pada kuartal I-2023. Angkat tersebut lebih besar dibandingkan kuartal I-2022.

“Kalau kita lihat impor secara keseluruhan, impor tumbuh 27 persen pada triwulan pertama pada tahun 2023, dibandingkan triwulan pertama 2022. Peningkatan ini disebabkan antara lain oleh lonjakan impor migas, seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri,” ujar Faradina.

Dengan presentasi neraca tersebut, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan kinerja yang baik dan tetap menjadi salah satu kontributor ketahanan sektor eksternal Indonesia yang tumbuh paling cepat dibandingkan sektor lainnya.

Namun, Faradina memberi catatan, bahwa meredanya tren kenaikan harga komoditas dapat menurunkan surplus perdagangan Indonesia pada tahun 2023.

Hal itu dikarenakan ekspor nasional masih bergantung pada barang mentah dan komoditas.

Selama harga komoditas rendah, pemulihan ekonomi yang lebih cepat di mitra dagang utama Indonesia yaitu China, belum tentu dapat mendorong pertumbuhan ekspor ke level 30 persen secara tahunan.

“Pemerintah setelah melihat bahwa ekspor tahunan kita mungkin hanya bisa tumbuh 13 persen sepanjang 2023, surplus perdagangan juga diperkirakan akan lebih rendah disebabkan oleh prospek ekonomi global yang kelihatannya suram untuk tahun ini. Kemudian realisasi surplus perdagangan pada triwulan pertama 2023 berkurang dibandingkan surplus pada triwulan terakhir pada 2022,” jelas Faradina.

Baca juga: Neraca Perdagangan Indonesia kembali surplus 5,48 miliar dolar AS
Baca juga: Neraca perdagangan Indonesia catat surplus 33 bulan berturut-turut

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023