Kupang (ANTARA News) - Pembakaran rumah-rumah penduduk disertai penjarahan di Dili, ibukota negara Timor Timur (Timtim), hingga Selasa masih terus berlangsung di sejumlah lokasi, tempat warga sipil dari sektor barat yang dikenal dengan "Loromonu" dan sektor timur atau "Lorosae" terus saling mengincar. "Pembakaran dan penjarahan masih terus berlangsung, meskipun situasi keamanan sudah terkendali karena ada pasukan asing," kata Kepala Operasional KBRI Dili, Primanto Hendrasmoro, dalam layanan pesan singkat (Short Message Service/SMS) kepada ANTARA News, Selasa. Walaupun situasi keamanan sudah terkendali, kata dia, masyarakat belum berani kembali ke rumah masing-masing, karena masih dilanda kecemasan. Menurut dia, ada sekira 65.000 warga Timtim dan Warga Negara Asing (WNA) saat ini masih bertahan di tempat-tempat penampungan sementara, seperti di gereja, sekolah-sekolah, dan tempat milik misionaris lain yang dianggap aman. Sejumlah lembaga internasional telah mengirim bantuan kemanusiaan ke Dili untuk membantu mereka yang masih bertahan di tempat-tempat pengungsian sementara. "Kami juga terus memantau perkembangan di tempat-tempat penampungan, karena di tempat penampungan itu terdapat pula Warga Negara Indonesia. Mereka semua dalam keadaan baik-baik," katanya. Kalau ada kesulitan yang dihadapi para pengungsi, kata dia, adalah hal yang biasa, karena di tempat penampungan para petugas harus menangani ribuan orang. Mengenai WNI, dia mengatakan, jumlah mereka di Timtim saat ini sekira 300 orang. Mereka belum berniat kembali ke Indonesia dengan alasan tidak ingin meninggalkan aset usaha di negara baru itu. Ada pula WNI yang berkeluarga dengan warga negara Timtim, sehingga memilih tetap bertahan di tempat penampungan sementara, sampai keadaan benar-benar aman. Dili dalam beberapa hari belakangan ini dilanda kerusuhan antar-etnis yang berawal dari keputusan Panglima Angkatan Perang Timtim (FDTL), Brigjen Taur Matan Ruak, yang memecat 595 tentaranya. Kerusuhan yang berlangsung selama dua pekan terakhir ini dilaporkan telah menewaskan sedikit-dikitnya 20 orang. Timtim adalah wilayah bekas jajahan Portugis selama lima abad yang ditinggalkan begitu saja pada 1975. Setahun kemudian, rakyat Timtim berintegrasi dengan Republik Indonesia, namun mayoritas mereka melalui jajak pendapat di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1999 ingin merdeka, dan diwujudkan PBB pada 2002. (*)

Copyright © ANTARA 2006