... penolakan mengubur mayat adalah sikap sangat ekstrim dalam masyarakat Islam... "
Quetta (ANTARA News) - Kaum Islam Syiah di Pakistan menolak mengubur korban rangkaian bom bunuh diri di Quetta, sampai militer setempat mengambil alih wewenang administrasi dan keamanan kota.

Ratusan orang, bersama 60 kantung mayat berisi tubuh korban, berkumpul di jalan utama di dekat tempat serangan bom bunuh diri ganda yang terjadi Kamis. Mayat-mayat itu telah lebih dari 30 jam bergeletakan di jalan tempat pemboman bunuh diri terjadi.

Secara tradisi, penolakan mengubur mayat adalah sikap sangat ekstrim dalam masyarakat Islam. Dalam kondisi normal, seorang yang meninggal dikubur pada hari yang sama atau hari berikutnya pada kesempatan pertama.

Para keluarga korban mengatakan, mereka tidak akan pergi sampai pihak yang berwenang mengabulkan tuntutan untuk menyerahkan persoalan keamanan dan administrasi kota di bawah kontrol militer.

"Birokrasi pemerintah telah gagal, rakyat di Quetta tidak mendapatkan perlindungan yang cukup," kata seorang Muslim Syiah, Hashim Mausawi.

"Kami tidak akan menghentikan protes ini sampai mendapatkan kepastian bahwa angkatan bersenjata Pakistan mengambil alih administrasi dan keamanan kota," kata dia.

Kelompok militan Sunni Lashkar-e-Jhangvi mengaku bertanggung jawab terhadap rangkaian bom bunuh diri yang terjadi di wilayah yang didominasi muslim Syiah dari etnis minoritas Hazara itu.

Empat bom bunuh diri itu menewaskan 98 orang dan melukai 121 yang lain.

"Kami berusaha meyakinkan mereka untuk mengakhiri protes. Kami juga tidak bisa menawarkan sesuatu yang di luar kewenangan kami," kata pejabat administrasi senior Hashim Ghilzai, kepada AFP.

Mayat-mayat korban sampai saat ini sudah 30 jam berada di jalanan dan Ghilzam mengatakan bahwa sekarang bergantung pada pemerintah untuk memutuskan apakah akan menempatkan militer di Quetta atau tidak.

Dalam protes yang terpisah, lebih dari 500 pekerja dan pendukung Partai Demokrasi Syiah Hazara berkumpul di luar kantor kepolisian provinsi.

Pemimpin demonstrasi, Abdul Khaliq, menyatakan bahwa mereka akan berhenti makan selama tiga hari untuk memprotes kurangnya keamanan yang disediakan negara kepada warga.

Pemerintah provinsi Baluchistan mengumumkan tiga hari berkabung setelah pemboman.

Rangkaian pemboman pada Kamis adalah serangan paling mematikan setelah bom bunuh diri di luar pusat pelatihan polisi di bagian utara menewaskan 98 orang pada 2011.

Saat itu, kelompok Taliban di Pakistan yang mengaku bertanggung jawab.

(Uu.G005)

(Uu.SYS/A/G005/A/H-AK) 12-01-2013 21:10:55

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013