Niigata, Jepang (ANTARA) - Risiko gagal bayar pembayaran AS menambah masalah yang dihadapi ekonomi global yang melambat, dengan kenaikan suku bunga dan tingkat utang yang tinggi telah menghambat investasi yang diperlukan untuk mendorong produksi yang lebih besar, kata Presiden Bank Dunia David Malpass pada Jumat (12/5/2023).

Pertemuan pejabat keuangan Kelompok Tujuh (G7) di Jepang membahas "kepentingan yang sangat tinggi" untuk menaikkan batas utang AS dan mencegah dampak negatif dari potensi gagal bayar utang pemerintah AS untuk pertama kalinya.

"Jelas, tekanan di ekonomi terbesar dunia itu akan berdampak negatif bagi semua orang," katanya kepada Reuters di sela-sela pertemuan G7. "Dampaknya akan buruk jika tidak menyelesaikannya."

Malpass mengatakan dia percaya bahwa kebuntuan antara Demokrat dan Republik mengenai peningkatan batas pinjaman wajib AS sebesar 31,4 triliun dolar AS akan diselesaikan.

"Ada energi yang jelas dari AS untuk menyelesaikannya dan itu dinyatakan," tambahnya.

Kantor Anggaran Kongres pada Jumat (12/5/2023) memperingatkan tentang "risiko signifikan" gagal bayar AS dalam dua minggu pertama Juni tanpa kenaikan plafon utang, dan mengatakan operasi pembayaran Departemen Keuangan AS akan tetap tidak pasti sepanjang Mei.

Malpass mengatakan telah ada diskusi selama pertemuan G7 tentang perlunya meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan, dan juga menangani utang yang tinggi yang dihadapi semakin banyak negara.

Pertumbuhan global diproyeksikan turun di bawah 2,0 persen pada 2023, dan bisa tetap rendah selama beberapa tahun, katanya. Salah satu tantangan besar adalah bahwa negara-negara maju telah mengambil begitu banyak utang sehingga membutuhkan banyak modal untuk membayarnya, menyisakan terlalu sedikit investasi untuk negara-negara berkembang, katanya.

"Dan itu berarti periode pertumbuhan lambat yang berkepanjangan. Itu merupakan kekhawatiran besar, dan terutama bagi orang-orang di negara-negara miskin," katanya. "Dunia berada dalam titik stres, tapi menurut saya sistem keuangan bertahan. Pertanyaan besarnya adalah pertumbuhan, bagaimana Anda mendapatkan lebih banyak pertumbuhan dan produktivitas."

Malpass mengatakan sangat mendesak untuk bergerak maju dengan restrukturisasi utang negara-negara yang telah meminta bantuan, dan menyambut "beberapa kemajuan" di Ghana, negara keempat yang meminta bantuan di bawah Kerangka Kerja Bersama Kelompok 20.

Reuters melaporkan pada Kamis (11/5/2023) bahwa kreditor resmi Ghana siap untuk memberikan jaminan pembiayaan dan membentuk komite yang diketuai bersama oleh Prancis dan China, langkah kunci bagi negara tersebut untuk mengamankan pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) senilai 3 miliar dolar AS.

Dia mengatakan sangat frustasi melihat lambatnya kemajuan di bidang restrukturisasi utang secara keseluruhan, mencatat betapa sulitnya bagi negara-negara untuk menarik investasi sampai mereka memiliki kesepakatan untuk membuat utang mereka lebih berkelanjutan.

Malpass menyambut baik kemajuan yang dibuat selama dua pertemuan pertama dari Meja Bundar Utang Negara Global baru yang mencakup China, kreditor negara terbesar di dunia, dan kreditor sektor swasta. Pertemuan ketiga sekarang direncanakan pada Juni, katanya.

"Untuk benar-benar mencapai pengurangan utang ini sangat penting ... bagi negara-negara miskin yang telah menemui hambatan dalam hal utang yang tidak berkelanjutan. Penting untuk menyelesaikannya sesegera mungkin."

Malpass menyatakan keprihatinan tentang kesepakatan baru yang diselesaikan oleh pemerintah Suriname dan pemegang obligasi internasional untuk merestrukturisasi utang hampir 600 juta dolar AS.

Sumber yang akrab dengan kesepakatan itu mengatakan itu termasuk klausul yang akan menempatkan persentase pendapatan minyak Suriname di masa depan dalam rekening escrow (penampungan) hingga 2050.

Malpass mengatakan dia secara umum khawatir tentang pengaturan jaminan yang sering memberi kreditor tangan yang lebih baik.

"Jadi detailnya masih datang di Suriname dan apakah itu akan berkelanjutan, tetapi sangat penting bagi negara-negara untuk melihat dengan hati-hati apa yang mereka serahkan."


Baca juga: Amerika Serikat pertimbangkan penerbitan obligasi 50 tahun
Baca juga: AS tidak akan bayar utang ke WHO
Baca juga: IMF sebut utang publik AS berada di jalur yang tidak berkelanjutan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023