Dolar AS naik ke level tertinggi lima minggu terhadap mata uang utama lainnya awal sesi Asia pada Senin pagi.
Tokyo (ANTARA) - Dolar AS naik ke level tertinggi lima minggu terhadap mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Senin pagi, karena mata uang safe-haven diuntungkan dari kekhawatiran inflasi di dalam negeri dan pertumbuhan secara global, memperpanjang penguatan setelah kenaikan mingguan terbesar sejak September.

Lira Turki merosot ke level terendah dua bulan setelah pemilihan presiden akhir pekan tampaknya menuju putaran kedua, sementara baht Thailand menguat hampir 1,0 persen, setelah oposisi Thailand mengalahkan partai-partai sekutu militer juga dalam pemilu akhir pekan.

Greenback didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah setelah survei ekspektasi inflasi jangka panjang konsumen AS melonjak ke level tertinggi sejak 2011, menempatkan kemungkinan kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan depan kembali berperan.

Pedagang saat ini menempatkan peluang tersebut pada 13 persen, dari mendekati nol sebelum jajak pendapat University of Michigan. Namun, masih ada sebanyak tiga perempat poin pemotongan yang diperkirakan pasar pada akhir tahun.

"Terlalu banyak penurunan suku bunga FOMC (Fed) untuk jangka pendek dalam pandangan kami," kata Joseph Capurso, Kepala Ekonomi Internasional di Commonwealth Bank of Australia (CBA), menulis dalam catatan klien.

"Kami mengakui ada tanda-tanda tentatif bahwa pasar tenaga kerja AS mendingin dan inflasi yang mendasari mereda, (yang) menyiratkan batasan tertinggi untuk kenaikan suku bunga," tambahnya. "Tetapi inflasi yang masih tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat juga menyiratkan batasan yang tinggi untuk penurunan suku bunga dalam waktu dekat juga," ujarnya pula.

China, sementara itu, berada di pusat kekhawatiran baru tentang resesi global, setelah serentetan data ekonomi yang mengecewakan termasuk impor dan inflasi menunjukkan permintaan domestik yang lemah. Lebih banyak bukti bisa datang dari laporan penjualan ritel pada Selasa (16/5).

Yuan turun ke level terendah baru dua bulan di 6,9740 per dolar dalam perdagangan luar negeri pada Senin, sebelum kembali sedikit ke 6,9694.

Bank Sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga reverse repo tujuh hari tidak berubah pada 2,0 persen.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, mencapai 102,75 untuk pertama kalinya sejak 10 April di awal perdagangan Asia sebelum kemudian turun sedikit ke 102,63.

Dolar AS oversold dan indeks dolar akan bergerak menuju target akhir Juni CBA di 104 minggu ini, kata Capurso.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun sedikit berubah di Tokyo, melayang di sekitar 3,47 persen. Ini terus menekan yen, yang cenderung bergerak terbalik ke imbal hasil jangka panjang AS. Mata uang Jepang merosot ke level terendah 136,03 per dolar sebelum di perdagangan terakhir datar di 135,80.

Euro naik 0,11 persen menjadi 1,08605 dolar setelah turun ke level terendah baru lima minggu di 1,08445 dolar AS di awal sesi.

Dolar AS terakhir naik 0,31 persen pada 19,64 lira Turki, setelah sebelumnya melompat ke 19,70 untuk pertama kalinya sejak 10 Maret.

Turki menuju pemungutan suara putaran kedua setelah Presiden Tayyip Erdogan mengungguli proyeksi, memegang keunggulan yang cukup besar atas saingannya tetapi gagal mencapai mayoritas langsung.

Mata uang AS merosot 0,65 persen menjadi 33,76 baht dalam perdagangan domestik di Thailand, dan sebelumnya merosot sebanyak 0,92 persen.

Partai-partai oposisi Thailand mengamankan kemenangan pemilu yang menakjubkan pada Minggu (14/5), tetapi masih jauh dari kepastian apakah mereka akan membentuk pemerintahan berikutnya, dengan peraturan parlemen yang ditulis oleh junta militer.
Baca juga: Yuan tergelincir 173 basis poin menjadi 6,9654 terhadap dolar AS
Baca juga: Rupiah diperkirakan melemah tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023