Sydney (ANTARA News) - Menlu Timor Leste Jose Ramos Horta mengusulkan dilakukan segera penyelidikan terhadap tuduhan bahwa Perdana Menteri (PM) Mari Alkatiri mengorganisir regu-regu pembunuh untuk melenyapkan lawan-lawan politiknya. Horta mengatakan kepada televisi Australia ABC (Australian Broadcasting Corporation) tuduhan-tuduhan yang mucul pekan ini adalah sangat serius dan harus diselidiki, mungkin dengan bantuan PBB. Kamis petang satu kelompok bersenjata beranggotakan 30 orang mengemukakan kepada wartawan ABC di Timor Leste bahwa mereka telah direkrut oleh mantan Menteri Dalam Negeri Rogerio Lobato atas nama Alkatiri untuk "melenyapkan" para lawan politiknya. Orang-orang itu tidak membunuh satu orangpun tapi diberitahu untuk melenyapkan musuh-musuh Alkatiri menjelang pemilu yang menurut rencana akan diselenggarakan tahun depan. ABC mengatakan orang-orang itu bertemu dengan wartawan mereka bersenjatakan 18 pucuk senjata serbu, 6.000 butir peluru, dua kendaraan dan seragam yang kata mereka diberikan kepada mereka oleh Labato sebelum ia dipaksa mengundurkan diri akhir bulan lalu karena krisis politik negara itu. ABC mengatakan orang-orang tersebut adalah mantan anggota tentara perlawanan Falantil yang berjuang bagi kemerdekaan dari Indonesia dan menyampaikan nama-nama mereka kepada wartawan. Di antara sasaran mereka adalah 600 tentara dari daerah barat negara itu yang dipecat dari tentara nasional yang berkekuatan 1.400 personil oleh Alkatiri setelah melakukan unjukrasa atas apa yang disebut perlakukan yang diskriminatif oleh para perwira dari wilayah timur. Para tentara yang dipecat itu kemudian didukung warga daerah barat yang menjadi anggota polisi dan protes mereka meletus menjadi kerusuhan, dengan pasukan pro Alkatiri diduga melepaskan tembakan ke para demonstran. Seorang komandan tentara yang memberontak mengemukakan kepada suratkabar The Sydney Morning Herald bahwa pasukan yang setia pada Alkatiri membunuh 60 orang yang dikuburkan dalam satu kuburan massal yang rahasia. Letnan Gstao Salsinha juga mengemukakan kepada suratkabar itu bahwa Lobato telah mendistribusikan 200 senjata otomatis kepada para pendukung partai Fretilin yang berkuasa. Senjata-enjata itu dijarah dari gudang senjata polisi Dili. Horta, yang juga mengambil alih peran menteri pertahanan setelah menteri sebelumnya dipaksa mengundurkan diri karena krisis itu, mengatakan ia mengetahui laporan-laporan bahwa Lobato menyerahkan senjata-senjata itu kepada kelompok-kelompok sipil. Horta mengatakan Alkatiri tidak dapat dinyatakan bersalah sebelum ada bukti. "Saya melihat sangat sulit untuk percaya bahwa perdana menteri kami akan mempersenjata warga sipil, individu dan khusus memberi perintah untuk membunuh orang lain tidak masalah siapapun mereka itu," katanya di televisi ABC, Kamis petang seperti dilaporkan AFP. Horta mengatakan tuduhan itu harus segera diusut oleh satu badan yang dibentuk Presiden Xanana Gusmao. "Harus diusut dan ini harus diprarkarsai oleh presiden," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006