Jakarta (ANTARA) -
​​​​​​Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) ​​​​Hasto Kristiyanto menyatakan buku karya miliknya berjudul 'Progressive Geopolitical Coexistence' akan dibuat kembali dengan konsep yang lebih ringan bagi anak muda atau milenial.

"Kami akan membuat buku geopolitik Soekarno dengan versi yang populer yang bisa menjangkau seluruh masyarakat, khususnya anak muda sehingga mereka bisa membangun fighting spirit kepemimpinan Indonesia di dunia dalam teori Geopolitik Soekarno. Harus diawali dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi," ungkap Hasto usai acara Peluncuran Buku sekaligus Peringatan Hari Jadi Lembaga Pertahanan Nasional RI ke-58 (Lemhannas) di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Hasto ajak perwira TNI bangun ide perkuat pertahanan Indonesia

Baca juga: Akademisi nilai buku geopolitik Soekarno karya Hasto jadi rujukan


Menurut dia, pemikiran dan gaya kepemimpinan Bung Karno soal geopolitik masih relevan. Adapun buku tersebut merupakan terjemahan dari pemikiran Bung Karno, sang proklamator yang juga Presiden Pertama RI.
 
"Tidak hanya untuk menggali seluruh pikiran geopolitik Soekarno terhadap cara pandang atas konstelasi geografis dalam perjuangan kepentingan nasional, tapi relevansinya dalam kekinian sangat terkait," katanya.

Ia mengungkapkan bahwa buku itu masih turunan dari disertasinya saat mengambil program doktoral yang ingin menggambarkan situasi dunia saat ini dan masa lampau yang masih terjadi. Lalu, bagaimana terjadi pertarungan hegemoni antarnegara.
 
"Misalnya, pertarungan rantai pasok itu sudah dipikirkan Bung Karno dari tahun 1958 dengan merancang koridor strategis dari wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan yang menatap masa depan dan dunia di pasifik," sambung Hasto.
 
Di sisi lain, Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, menyebut bahwa hari jadi tahun ini bersamaan dengan peluncuran 58 buku. 58 buku itu ditulis atas sumbangan kalangan Lemhannas yang datang dari alumni, akademisi, profesional, dan para peserta didik lembaga tersebut.
 
Lebih spesial lagi, kata Andi, hadir Megawati Soekarnoputri yang tak lain putri dari Bung Karno, pendiri dan perintis Lemhannas.
 
"Ibu Megawati tadi mengungkit yang disebut sebagai titik hitam 1965 di mana sebagai bangsa kita harus mempelajari sejarah itu dengan baik. Kemudian Ibu bercerita juga dengan ketatanegaraan yang harus dievaluasi lagi sesuai kebutuhan ke depan seperti peran MPR membentuk perencanaan strategis jangka panjang. Seperti Ibu tadi sampaikan bagaimana Bung Karno (mengenai Pembangunan Nasional Semesta Berencana atau PNSB)," ucap Andi.

Terlihat hadir Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Di jajaran menteri, hadir Menteri Koordinator Bidang Polhukam Mahfud MD, Menkumham Yasonna H. Laoly, Menteri PAN RB Abdullah Azwar Anas, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Koperasi Teten Masduki, dan Wamen Dalam Negeri John Wempi Wetipo.
 
Dalam acara tersebut, selain peluncuran 58 buku mengenai Lemhannas, ada juga agenda bedah buku Hasto berjudul Progressive Geopolitical Coexistence yang merupakan disertasinya berjudul Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara.
 
Buku yang disusun Hasto yang kini juga tercatat sebagai dosen Universitas Pertahanan akan dibedah oleh Guru Besar Unhan RI Purnomo Yusgiantoro.
 
Lemhannas merupakan lembaga pemerintahan yang melaksanakan tugas pada bidang pendidikan pimpinan tingkat nasional, pengkajian strategik ketahanan nasional, dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan.
 
Adapun Bung Karno merupakan perintis dan pendiri Lemhannas RI yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 1965.

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2023