Jakarta (ANTARA) -
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami 1,2 miliar serangan siber anomali setiap tahun dengan 2.200 serangan per menit.

"Indonesia setiap tahun ada 1,2 miliar anomali di ruang siber, setiap menit 2.200 anomali di ruang siber yang sebagian menyasar data-data pribadi, korporasi dan niaga ," ujar Andi dalam Seminar Nasional Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045 di Hotel Borobudur Jakarta, Senin.

Menurut dia, salah satu anomali di ruangan siber berupa malware yang akhir-akhir ini dikirim dalam bentuk aplikasi undangan pernikahan.

Kendati begitu, anomali itu sebagian besar diklasifikasikan sebagai keamanan siber agar Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Polri segera meningkatkan kemampuannya.

Andi menyebutkan sebelum wabah pandemi COVID-19, anomali di Indonesia sekitar 400 juta per tahun. Namun, anomalinya pada 2022 dapat melonjak tiga kali lipat menjadi 1,2 miliar.

Kondisi ini, menurut Andi, harus segera dibenahi dengan arsitektur yang lengkap mulai dari doktrin, regulasi sampai opsi teknologi. Pemerintah juga harus bekerja keras dalam meningkatkan satuan keamanan siber.

Pasalnya, kata dia, data yang disimpan di ruang digital sudah mencapai 70 zetabita dari seluruh dunia. Adapun zetabita adalah unit penyimpanan informasi digital atau ukuran data.

"Zeta itu 0-nya ada 21, dalam satu tahun 70 zetabita dapat menampung 800 miliar film. Kira-kira 70 zetabita itu setiap hari ada 2,2 miliar film yang bisa disimpan," ujar dia.

Andi menjelaskan 70 zetabita data yang ada di dunia sekarang telah diproduksi sejak 2020 hingga 2022. Ia pun tak dapat membayangkan betapa banyak data yang akan disimpan hingga 2045.

"Sekarang data 0-nya ada 21, mungkin 2045 data 0-nya sudah menuju 25 atau 30. Lompatan sudah sangat besar," pungkas Andi.

Baca juga: Kaspersky gagalkan 7 juta ancaman daring targetkan pengguna Indonesia
Baca juga: Kemensos jadi bagian dari CSIRT, perkuat respons insiden siber

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2023