untuk lebih merespon kebutuhan di lapangan.
Addis Ababa (ANTARA News) - Uni Afrika berusaha untuk meningkatkan kekuatan pasukan yang dipimpin Afrika di Mali, atau AFISMA, dan memberikan negara-negara anggota waktu sepekan guna menyediakan tentara bagi misi itu, kata para pejabat Jumat.

"Kami pasti tahu, berdasarkan pada asumsi pertama ... bahwa ukuran pasukan harus ditambah secara signifikan," kata Komisaris Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika Ramtane Lamamra kepada wartawan.

Lamamra mengatakan, kekuatan AFISMA harus ditingkatkan "untuk lebih merespon kebutuhan di lapangan."  Ia berbicara setelah pertemuan keamanan tingkat tinggi di ibu kota Ethiopia.

Ia mengatakan bahwa Uni Afrika juga akan berusaha mendesak dukungan logistik "sementara" dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk AFISMA.

Uni Afrika meminta PBB untuk "memberikan wewenang ... pembentukan segera pengaturan sementara oleh PBB yang akan memungkinkan AFISMA cepat menyebarkan dan efektif melaksanakan mandatnya," kata Lamamra.

Ia menambahkan bahwa langkah-langkah itu diperlukan untuk merespon secara efektif terhadap keadaan darurat di negara Afrika Barat itu. Dukungan logistik Uni Afrika yang diperlukan meliputi transportasi, obat-obatan dan rumah sakit lapangan, kata Lamamra.

PBB telah menyetujui penempatan pasukan berkekuatan 3.300 prajurit di bawah naungan blok ECOWAS Afrika Barat. Namun keterlibatan Chad, yang telah berkomitmen untuk mengirimkan hingga 2.000 tentara dan bukan anggota ECOWAS, berarti kekuatan sekarang bisa jauh lebih besar.

Prancis telah mengerahkan 2.300 tentara ke Mali dan para pejabat mengakui pasukan tersebut tampaknya akan melebihi 2.500 prajurit yang awalnya ditetapkan sebagai batas tertinggi.

Uni Afrika mendesak "negara-negara anggota yang bersedia untuk menyumbang pasukan kepada AFISMA agar menginformasikan kepada kelompok itu dan Komisi ECOWAS dalam jangka waktu satu minggu" apakah mereka akan mengirimkan pasukan di Mali.

Pertemuan keamanan berlangsung menjelang pertemuan puncak Uni Afrika Minggu, di mana krisis di Mali diperkirakan menjadi agenda utama.

(H-AK)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013