Jakarta (ANTARA News) - Pengakuan Andi Zulkarnain "Choel" Malaranggeng yang menerima uang dari tersangka kasus proyek Pembangunan Pusat Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON), Hambalang, Dedy Kusdinar merupakan salah satu bukti yang bisa digunakan untuk lebih mendalami kasus Hambalang.

"Pengakuan ini berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Dedy pada pemeriksaan sebelumnya, namun sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Nazaruddin. Bagaimanapun harus diakui bahwa sekali lagi Nazar benar soal ini," kata anggota Komisi III DPR RI, Aboe Bakar Al-Habsy di Jakarta, Sabtu.

Pengakuan Choel Malaranggeng ini juga membuka tabir kenapa PPATK selama ini kesulitan mentracking aliran dana Hambalang.

"Karena ternyata dananya on cash delivery. Saya yakin KPK sudah memiliki teknik tersendiri untuk mengungkap fakta dengan alat buktinya. Oleh karenanya KPK harus terus mengembangkan kasus ini, jangan sampai hanya berhenti pada level operator, karena mereka hanya pion," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.

Ia juga meminta KPK untuk mengungkap desain maker dari proyek Hambalang. "Kan gak mudah mengubah proyek pembangunan sekolah menjadi sport centre, yang semula anggarannya hanya dua ratusan juga menjadi lebih dari dua triliun," ujar Aboe Bakar.

Choel Mallarangeng juga mengaku pernah menerima uang dari Direktur PT Global Daya Manunggal Herman Pranoto sebesar Rp2 miliar pada bulan Mei 2010.

"Saya kenal dengan Pak Herman, dua kali bertemu di bulan April dan Mei 2010 jauh sebelum tender proyek Hambalang dilakukan. Jadi itu tidak terkait Hambalang," ujar Choel usai menjalani pemeriksaan penyidik KPK di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan uang tersebut diberikan Herman pada pertemuan kedua melalui seseorang bernama Fachrudin. Menurut dia kesaksiannya itu sudah disampaikan kepada KPK dan tidak ada kaitannya dengan proyek Hambalang.

Choel menilai pertemuannya dengan Herman karena Direktur PT Global itu mengetahui dirinya banyak mengenal gubernur, bupati dan wali kota di daerah. Menurut dia, perusahaan Herman banyak berkembang di daerah sedangkan dirinya banyak teman di daerah.

"Perusahaan dia (Herman) banyak berkembang di daerah sehingga dia berpikir mungkin saya bisa kenalkan dengan teman-teman saya di daerah," ungkapnya.

Herman Prananto diketahui merupakan bos dari PT Global Daya Manunggal, perusahaan yang menjadi subkontraktor dalam proyek Hambalang. Perusahaan ini mendapatkan subkontrak pembangunan proyek Hambalang tersebut dari PT Adhi Karya.
(zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013