Surabaya (ANTARA) - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya melantik dan mengambil sumpah sebanyak 11 dokter baru Peserta Pendidikan Profesi Dokter Unusa yang telah lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).

"Alhamdulillah, FK Unusa telah memiliki CBT Center dan OSCE Center yang telah dinyatakan layak digunakan untuk UKMPPD. Kini OSCE Center milik FK Unusa digunakan untuk OSCENAS," kata Dekan FK Unusa Dr Handayani di kampus setempat, Rabu.

Handayani mengatakan keberadaan CBT dan OSCE Center ini sangat penting dan mendukung kelulusan mahasiswa FK Unusa, karena menjalani ujian di kampus sendiri akan membuat mahasiswa lebih percaya diri dalam melaksanakan ujian.

Dia juga yakin dengan dimilikinya CBT dan OSCE Center sendiri, tingkat kelulusan first taker (lulus saat pertama kali mengikuti UKMPPD) mahasiswa FK akan semakin tinggi persentasenya.

Baca juga: Unusa dan IOM PBB kolaborasi bantu warga migran

Baca juga: Ketua Lakpesdam PBNU ajak civitas Unusa berdakwah "bil hikmah"


"Hal yang membanggakan bagi kami, 90 persen lebih mahasiswa FK dinyatakan lulus first taker. Ini menjadi tolok ukur keberhasilan dan mutu pembelajaran, sekaligus menentukan penilaian akreditasi Fakultas Kedokteran. Nilai baik jika angka kelulusan di atas 80 persen. FK Unusa di atas 90 persen yang lulus first taker," katanya.

Salah satu lulusan yang diambil sumpahnya, Ilyas Febri mengatakan sangat yakin pembelajaran yang diterapkan di Unusa. Saat mengambil pendidikan profesi dokter telah mengantarkannya dan rekan-rekan lainnya bisa lulus dalam UKMPPD dengan predikat first taker.

"Saya sangat yakin pola dan model yang diberikan kepada kami dalam menjalani pendidikan profesi dokter yang menghantarkan kami lulus dalam sekali saja dalam mengikuti UKMPPD," kata Ilyas Febri, yang mantan ketua BEM FK Unusa.

Diungkapkannya, jika ia mendengar dan sharing dengan mahasiswa dari fakultas kedokteran perguruan tinggi lain, apa yang diperoleh di Unusa sangat berbeda.

"Kami para mahasiswa pendidikan profesi dokter saat menjalani stase selalu berhadapan langsung dengan dokter spesialis, sehingga langsung memperoleh ilmu dan bimbingan dari ahlinya. Di tempat lain biasanya berhadapan dengan mahasiswa PPDS, baru saat menjalani ujian dengan dokter spesialis," kata Ilyas Febi.

Hal sama juga diungkapkan oleh Sultan Fadjar Pelu, dokter asal ambon yang sebelumnya pernah kuliah di Fakultas Hukum hingga semester lima.

Menurutnya, pendididkan profesi dokter di Unusa sungguh sangat berbeda jika dia mendengar dari teman yang juga menjalani pendidikan profesi dokter di luar Unusa.

"Di Unusa dosen dan dokternya ramah-ramah, sehingga kami juga dituntut untuk memperlakukan hal sama kepada pasien yang kami temui. Kami dituntut selalu mendengar keluhan dan cerita pasien sebelum mengambil tindakan," katanya.

Sementara itu, Jauhan Farhat, alumni dari Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, bercerita, mahasiswa pendidikan profesi dokter Unusa mendapatkan fasilitas terbaik dalam segala hal, baik rumah sakit tempat tempat koas maupun dalam persiapan menempuh UKMPPD.

"Kami benar-benar dibimbing dan diarahkan serta mendapat ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana sebaiknya menjalani profesi dokter kelak di kemudian hari," katanya.*

Baca juga: Unusa masuk peringkat 58 PTN/PTS terbaik di Indonesia

Baca juga: Unusa terjunkan 1.500 Pasukan Semut sukseskan 1 Abad NU


Pewarta: Willi Irawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023