Yogyakarta (ANTARA) - Sorot lampu berwarna-warni menghiasi kawasan Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta, Minggu (28/5) malam dalam pergelaran Karnaval Merdeka Belajar sebagai kegiatan pembuka dari rangkaian puncak perayaan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023.

Ribuan orang terlihat antusias menyaksikan pertunjukan yang penuh dengan cahaya, gambar, tarian, hingga musik, menjadi harmoni yang indah ketika berpadu dengan keriuhan suara para pengunjung dan gemuruh tepuk tangan.

Karnaval Merdeka Belajar dimulai dari Museum Benteng Vrederburg, yakni salah satu cagar budaya yang dikelola Kemendikbudristek, lalu mengarah hingga ke Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta, sebagai wajah silang budaya Nusantara dan lahirnya kota pendidikan pertama Indonesia.

Arak-arakan peserta terbagi atas segmen Indonesia Bergerak, Indonesia Serentak, dan Indonesia Semarak. Kegiatan ini melibatkan peserta yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, guru, masyarakat, dan pelaku seni budaya yang berasal dari sanggar maupun asrama mahasiswa yang menyuguhkan tampilan yang memadukan kreativitas tari, penataan cahaya, desain, teknologi, dan musikalitas yang berkaitan dengan aspek budaya.

Rombongan peserta yang termasuk dalam segmen Barisan Indonesia Bergerak, mengawali pergerakan dari Museum Benteng Vredenburg menuju ruas Jalan Marga Mulya (Malioboro Selatan). Barisan ini menyuguhkan tampilan yang mengambil inspirasi 24 episode Merdeka Belajar yang dikemas dalam nuansa seni bernuansa kerakyatan.

Barisan kedua, yaitu Indonesia Serempak menghadirkan pertunjukan di ruas Jalan Marga Mulya (Malioboro Selatan). Rombongan ini menari serempak secara kolosal dengan koreografi dan musik yang sama, memadukan ragam bunyi Nusantara.

Barisan ketiga adalah Indonesia Semarak. Rombongan ini menghadirkan video mapping di Fasade Bank BNI 46 yang memadukan stage dan street performance sekaligus di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Masing-masing kelompok peserta karnaval menyajikan pertunjukan dengan tema pendidikan Indonesia dari masa ke masa, hingga era Merdeka Belajar.

Acara yang dihadiri langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, serta Direktur Film dan Media Ahmad Mahendra itu memang dirancang memadukan pendidikan dan kebudayaan. Unsur seni, budaya dan teknologi telah menghadirkan suatu karnaval yang menarik dan edukatif. Hal ini merupakan upaya Kemendikbudristek untuk mempromosikan pendidikan dan kebudayaan sebagai pendorong inovasi dan pembangunan, sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar.

Karnaval ini juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa identitas dan persatuan Nasional di antara para peserta dan masyarakat, dengan menampilkan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia dari berbagai daerah, latar belakang, dan minat, yang berkesempatan untuk saling belajar dan bertukar pikiran.

Bagi Kemendikbudristek, semangat semarak kegiatan tersebut diharapkan mampu menginspirasi dan memantik seluruh unsur di masyarakat untuk terus mengembangkan kemerdekaan belajar yang bermuara pada bentuk kreativitas dalam cipta karya.

Terlebih lagi, Karnaval Merdeka Belajar mengusung filosofi trilogi pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu "Handaya Karsa Hambangun Tuladha" yang mengusung makna momentum kebersamaan di ruang publik.

Terkait hal tersebut, diharapkan keteladanan filosofi dari tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara dapat menginspirasi generasi selanjutnya guna memperkokoh barisan manusia berkualitas di masa yang akan datang.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menambahkan kreativitas budaya dirasakan mempunyai andil terhadap terwujudnya Merdeka Belajar yang diinisiasi pemerintah saat ini. Dari budaya akan lahir bakat, minat, dan potensi dari setiap orang. Upaya tersebut sangat berkaitan erat dengan sasaran dari Program Merdeka Belajar.

Budaya turut membentuk profil Pelajar Pancasila. Mengingat di dalam budaya itu ada semangat kebersamaan atau gotong royong yang ingin diciptakan dari pelajar Indonesia melalui berbagai kebijakan Merdeka Belajar.


Transformasi pendidikan

Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menganggap karnaval ini menjadi kegiatan yang sangat penting dalam hal menarasikan cita-cita dari Ki Hadjar Dewantara.

Karnaval dalam bentuk pawai itu menggambarkan transformasi pendidikan yang telah digulirkan oleh Kemendikbudristek melalui 24 episode kebijakan Merdeka Belajar.

Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan makin mendapatkan pemahaman mengenai esensi belajar yang menyenangkan.

Kegiatan karnaval itu mendapat tanggapan positif dan antusiasme dari para peserta serta ribuan orang penonton dan wisatawan yang memadati lokasi karnaval.

Dua orang peserta, yakni Ariesta Pustri dan Bulan Riesta, misalnya, merasa bangga menjadi bagian dari acara yang penuh warna dan dinamika dalam rangkaian merayakan pendidikan dan budaya di Indonesia. Pada acara tersebut, kelompok mereka menampilkan tarian kolosal berjudul "Ganesha" di dalam segmen Indonesia Semarak.

Suatu Minggu malam yang cerah di Yogyakarta, masyarakat menyaksikan gambaran wajah pendidikan Indonesia. Wajah pendidikan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Terlebih dengan adanya kebijakan Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek yang memberikan warna tersendiri pada pendidikan modern di Indonesia.

Hingga saat ini sebanyak 24 episode Merdeka Belajar telah digelar. Semua episode telah memberikan dampak dan kontribusi nyata terhadap paradigma baru wajah pendidikan di Indonesia.

Melalui Karnaval Merdeka Belajar ini masyarakat juga telah melihat dunia pendidikan dalam suatu tampilan yang berbeda. Unsur-unsur yang ditampilkan tidak lepas dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh Nusantara. Tentunya semua dikaitkan dengan perkembangan pendidikan di Tanah Air.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023