Jakarta (ANTARA) - Survei UNICEF Indonesia menyebut bahwa satu dari tujuh siswi tidak masuk sekolah saat menstruasi, dengan alasan karena merasa tertekan, cemas, dan malu bila orang lain mengetahui mereka sedang menstruasi.

"Masalah dalam menstruasi ini karena kurangnya informasi ke remaja perempuan. Satu dari empat anak perempuan itu tidak pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi sampai dia menstruasi. Akibatnya, stres, minder dan kadang di-bully. Bahkan satu dari tujuh anak memilih tidak masuk sekolah," kata Wash Specialist UNICEF Indonesia Muhammad Zainal dalam acara bertajuk #WeAreCommited to "Reproductive Health for every Child", di Jakarta, Senin.

Selain itu, Muhammad Zainal juga menyoroti sarana toilet sekolah yang tidak nyaman, tidak menyediakan air bersih dan tempat sampah untuk membuang pembalut bekas menjadi alasan lain siswa perempuan enggan bersekolah saat menstruasi.

Baca juga: UNICEF dan Pemprov Sulsel diseminasi program KPP cegah stunting

Untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan mengenai menstruasi kepada anak, UNICEF Indonesia membuat aplikasi Oky.

Menurutnya, Oky merupakan aplikasi pelacak menstruasi pertama di dunia untuk remaja perempuan, yang dibuat oleh remaja perempuan. Aplikasi Oky ini dapat diunduh di Play Store dan App Store.

"UNICEF melibatkan sekitar 400 anak untuk membuat aplikasi Oky," kata Muhammad Zainal.

Dikatakannya, aplikasi ini bukan hanya diperuntukkan untuk anak perempuan saja, melainkan juga untuk anak laki-laki supaya mereka dapat memahami bahwa menstruasi ini adalah hal yang normal terjadi pada anak perempuan.

"Ini (Oky) bukan hanya untuk anak perempuan saja tapi juga untuk anak laki-laki supaya mereka paham bahwa menstruasi ini memang sesuatu yang normal terjadi buat teman-temannya yang perempuan sehingga mereka tidak di-bully," kata Muhammad Zainal.


Baca juga: Wakil Ketua MPR: Aksi hapus perundungan di sekolah harus konsisten

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023