Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Riau 17 persen lebih baik dibanding tahun 2021 sebesar 22,3 persen.
Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar mengatakan arus urbanisasi atau warga dari desa asal berbagai provinsi yang datang ke Provinsi Riau tinggi sehingga memicu prevalensi atau permasalahan keseluruhan stunting di Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Siak dan Kota Pekanbaru yang terus mengalami kenaikan.

"Khusus di Kota Pekanbaru sangat diminati oleh pendatang untuk mencari pekerjaan dan ada yang membawa anak mereka berada dalam kondisi stunting. Temuan ini muncul saat Menteri PMK Muhajir Efendi menanyakan keluarga pendatang baru yang beresiko stunting dalam kunjungan kerja baru-baru ini," kata Gubernur Riau Syamsuar dalam keterangannya di Pekanbaru, Minggu.

Menurut Syamsuar, apa yang terjadi di daerah saat ini prevalensi stunting bisa saja berubah karena masyarakat yang dinamis dan data keluarga pendatang itu memang belum terdata tetapi mereka tergolong stunting.

Karena itu bisa jadi angka stunting di Kota Pekanbaru munkin akan terus naik lagi sehingga para pemangku kepentingan pemerintah daerah, kabupaten dan kota serta perusahaan dan paguyuban agar bisa mengintervensi melalui bantuan makanan bergizi misalnya telur.

"Mari kita gencarkan program kepedulian sosial semua pihak melalui kampanye donasikan "cukup dua telur" tiap anak stunting/enam bulan. Gerakan sosial semesta mencegah stunting ini sebagai ikhtiar Pemerintah Provinsi Riau dan mitra terkait untuk menurunkan angka stunting di Provinsi Riau," katanya.

Jika bisa kata Gubernur Syamsuar menekankan setelah telur berlanjut satu ons daging ayam dan daging sapi. Kepedulian ini sangat berarti dan apapun bisa kita donasikan untuk bantu warga demi meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Riau 17 persen lebih baik dibanding tahun 2021 sebesar 22,3 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Riau Mardalena Wati Yulia mengatakan melalui donasi 2 telur/anak/hari itu diyakini mampu menurunkan prevelensi stengkes di daerah itu.

Akan tetapi terkait ada peningkatan data prevalensi stunting baru di Kota Pekanbaru maka BKKBN akan melakukan pemetaan jumlah KK beresiko stunting dan menjadi sasaran untuk mendapatkan bantuan donasi 2 telur/hari/orang pada setiap KK.

"Alhamdulillah sudah ada sejumlah perusahaan yang mendonasikan dua telur/hari/anak stunting itu termasuk dari paguyuban warga Tionghoa. Pendistribusian telur tersebut agar tepat sasaran dilakukan oleh penyuluh KB, dan Tim Pendamping Keluarga agar," katanya.

Pemberian telur bagi anak stunting sekaligus sesuai arahan Presiden Jokowi yang melarang pemberian makanan pabrikan. Telur merupakan sumber protein hewani, selain sebagai sumber vitamin telur juga sebagai sumber mineral.

Kandungan mineral telur hampir sama dengan kandungan mineral dalam susu. Mineral yang terkandung dalam telur yaitu besi, fosfor, kalsium, tembaga, yodium, magnesium, mangan, potasium, sodium, zink, klorida dan sulfur.

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Riau mendonasikan 15.000 butir telur untuk mendukung upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di daerah itu dari 17 persen tahun 2022 menjadi 14 persen target 2024 sesuai target Presiden Jokowi.

"Untuk tahap awal kami donasikan sesuai kebutuhan perbulan dan berlanjut hingga enam bulan maka tekhnis pendistribusiannya 15.000 butir telur itu diserahkan kepada BKKBN Perwakilan Provinsi Riau karena mereka mempunyai data by name by addres agar tepat sasaran," kata Ketua PSMTI Riau Steven Sanjaya.

Menurut Steven penurunan prevelensi stunting adalah program yang harus didukung oleh semua pemangku kepentingan, pemerintah daerah, perusahaan dan paguyuban seperti PSMTI ini.

PSMTI sudah memiliki cabang pada 32 provinsi dan upaya penuntasan stunting secara nasional bekerja sama dengan Kompas Gramedia. Sumber bantuan dari para donatur dan upaya penurunan stunting berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM Indonesia. Generasi mumpuni adalah generasi yang tidak mengalami gagal tumbuh sehingga pemberian makanan bergizi harus dilakukan sejak dini," katanya.

Untuk tekhnis penyaluran telur tersebut, kata Steven lagi misalnya satu keluarga itu ada 4 anak maka tiap anak akan mendapatkan dua telur dan keluarga itu akan diberi sebanyak 8 butir telur. 
Baca juga: BKKBN Riau optimistis turunkan stunting menjadi 14 persen pada 2024
Baca juga: Gubernur: Prevalensi stunting Riau turun 4,4 persen
Baca juga: Memangkas tengkes, menyemai generasi unggul di Riau

 

Pewarta: Frislidia
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023