Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon mengimbau pemerintah untuk segera menstabilkan harga daging sapi yang sudah melambung tinggi, namun bukanlah dengan cara impor.

"Tingginya harga daging sapi yang mencapai Rp90 ribu per kilogram disinyalir karena kelangkaan pasokan daging di pasar. Namun, bukan berarti pemerintah harus impor dan melepaskan pada mekanisme pasar untuk mengatasi kelangkaan pasokan itu," kata Fadli.

Dia juga mengatakan tingginya harga daging sebenarnya suatu hal yang baik bagi para peternak, tetapi bila harga terlalu tinggi tentu akan menjadi masalah bagi konsumen.

"Harga daging sapi yang mencapai 90 ribu rupiah per kilogram merupakan harga tertinggi jika dibandingkan dengan di negara lain yang hanya berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram," ujarnya.

Ia juga menyoroti harga daging sapi yang tinggi itu tak selalu dinikmati manfaatnya oleh para peternak.

"Seharusnya, harga daging sapi yang mahal dapat menjadi insentif peternak. Belum lagi, tingginya harga daging sapi berpengaruh terhadap harga produk lain. Yang jelas semakin mahal daging, rakyat makin sengsara," katanya.

Dalam kondisi tersebut, dia menyadari ada suatu tekanan bagi pemerintah untuk memperbesar kuota impor. Namun, Fadli juga menekankan bahwa Impor tidak akan menyelesaikan masalah.

Menurut dia, solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut ialah dengan membenahi mekanisme distribusi dan mempercepat produksi swasembada.

"Percepatan produksi bisa dilakukan dengan inseminasi buatan, perbaikaan kualitas pakan ternak, dan pengadaan sapi betina bibit dari pemerintah," ujarnya.

"Pemerintah juga harus perbaiki transportasi untuk distribusi ternak sapi dari sentra produksi oleh BUMN, yaitu PT KAI, Pelni, dan Angkutan Darat BUMN. Meningkatkan kualitas prasarana transportasi adalah hal strategis yang harus segera dilakukan," lanjutnya.
(Y012)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013