Surabaya (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) bersinergi untuk menurunkan berbagai permasalahan kesehatan keluarga mulai dari stunting hingga pernikahan dini pada anak.

“Saya mau cerita sedikit tentang program Bangga Kencana. Kita sudah melakukan perubahan, tinggal bagaimana merawat perubahan (program Bangga Kencana) ini,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Munas IV IPeKB Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.

BKKBN sendiri memiliki empat program prioritas yang terdiri dari percepatan penurunan stunting, percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, optimalisasi kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB), dan program Bangga Kencana.

Untuk program Bangga Kencana sendiri merupakan singkatan dari Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana.

Baca juga: Gubernur Jatim apresiasi guru PAUD jadi agen penggerak bebas stunting

Baca juga: BKKBN: Angka stunting di Jatim turun menjadi 19,2 persen


Berbagai program tersebut juga diterapkan di Jawa Timur mengingat ternyata di provinsi ini masih terdapat lima daerah dengan angka kematian ibu yang tinggi, angka kematian balita yang tinggi, angka stunting tinggi serta termasuk angka perkawinan dini pada anak yang tinggi.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jatim Restu Novi Widiani menyebutkan kelima daerah yang masih mengalami masalah serius tersebut meliputi Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Jember dan Lumajang.

Restu menjelaskan untuk stunting di Jawa Timur sudah mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu dari 25,64 persen pada 2020 menjadi 23,5 persen pada 2021 dan kembali turun ke 19,2 persen pada 2022 sedangkan tahun ini ditargetkan di level 16 persen dan 14 persen pada 2024.

“Kalau Jatim bagus maka dari bagian Indonesia sudah berhasil karena Jatim adalah penyumbang terbesar. Kita ada 38 kabupaten/kota dan penduduk 41 juta jiwa dengan 51 persennya adalah wanita,” katanya.

Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati mengatakan pandemi COVID-19 menjadi faktor meningkatnya pernikahan dini pada anak di Jawa Timur karena terjadi kehamilan di luar nikah.

Bahkan, Erna mengatakan banyak anak di Jawa Timur yang baru tunangan namun sudah tinggal bersama maupun melakukan berbagai kegiatan sehari-hari dengan pasangan yang terlalu sering sehingga terjadi kehamilan di luar nikah.

Menurutnya, banyaknya anak yang melakukan pernikahan di usia dini dengan kehamilan di luar nikah menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu dan anak di Jawa Timur.

“Salah satu faktor angka kematian ibu itu adalah karena kehamilan yang belum cukup sehingga panggul belum cukup dan pendarahan terjadi,” kata Erna.

Sementara itu, salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian ibu dan anak akibat pernikahan dini adalah menyarankan agar menunda kehamilan apabila usia perempuan masih di bawah umur.

“Dispensasi bagi yang menikah dini, namun tidak hamil di luar nikah adalah kita sarankan untuk menunda kehamilannya sampai dengan batas usia tertentu menggunakan KB,” katanya.*

Baca juga: BKKBN gencarkan kampanye cegah kawin anak tekan AKI di Jatim

Baca juga: Pemprov Jatim beri penguatan gizi ibu hamil dan balita tekan stunting

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023