Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan sosialisasi dan mengedukasi warga DKI tentang gaya hidup sehat menghadapi kualitas udara yang tidak sehat.
 
"Ada banyak sosialisasi atau promosi gaya hidup yang dilakukan Dinkes DKI untuk warga DKI," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Dia menyebutkan, pihaknya terus melakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mencuci tangan yang baik dan benar.
 
Selain itu, Dinkes DKI juga mengkampanyekan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang memiliki lima pilar, yaitu stop buang air besar sembarangan dan cuci tangan pakai sabun.

Baca juga: Dokter ingatkan bahaya kualitas udara buruk bagi kesehatan kulit
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). . ANTARA FOTO/Fauzan/aww 
Selanjutnya, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.
 
Sosialisasi atau edukasi mengenai dampak polusi udara bagi kesehatan manusia dan cara pencegahannya dilakukan Dinkes DKI melalui media daring (online) ataupun secara langsung kepada warga DKI.
 
"Dinkes DKI berkolaborasi dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang berhubungan atau menangani permasalahan polusi udara dan beberapa organisasi ataupun lembaga yang terkait," ujar Ani.
 
Ani berharap, kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya membaik dengan adanya kerja sama dan peran pemerintah bersama-sama masyarakat.
 
Pada Selasa (6/6), indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 120 dengan polutan PM 2.5 dan nilai konsentrasinya berada di angka 43.1 µg/m³ (mikrogram per meter kubik).

Baca juga: Bahaya kualitas udara buruk untuk kondisi kesehatan anak-anak
 
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI melakukan deklarasi Open Defecation Free (ODF) sebagai upaya menjaga kebersihan di Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (5/5/2023). (ANTARA/HO-Dinas Kesehatan DKI Jakarta)
Dengan angka itu, Jakarta masuk dalam posisi kelima di dunia dengan penghasil udara yang tidak baik.
 
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan tiga alat pemantau kualitas udara untuk mengukur dan menjawab permasalahan polusi udara di Jakarta yang memburuk.
 
"Peralatan pemantau kualitas udara merupakan alat penting yang dibutuhkan untuk mengukur dan menjawab permasalahan polusi udara di Jakarta," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan HUT Ke-496 Kota Jakarta di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Minggu (4/6).
 
Peralatan baru ini akan memberikan data yang lebih akurat terkait sumber polusi udara lokal sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas udara, mengatasi perubahan iklim dan melindungi kesehatan penduduk kota.
Baca juga: Dokter imbau kelompok sensitif lebih waspada pada polusi udara Jakarta

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023