Jakarta (ANTARA) - Guru Besar dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Prof. Dr. dr. Allen Widysanto, Sp.P., TTS, FAPSR, FISR, mengajak masyarakat menghentikan penggunaan rokok untuk remaja.

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul, “Upaya Mencegah dan Menghentikan Penggunaan Rokok pada Remaja: Sebuah Kesempatan dan Tantangan”, Prof Allen menyoroti bahwa merokok di kalangan remaja merupakan ancaman yang lebih besar dibanding pada usia dewasa, dan kemudahan dalam mendapatkan rokok juga berdampak pada kesehatan jangka panjang remaja.

“Center for Disease Control and Prevention (CDC) memperingatkan bahwa jika perilaku merokok pada remaja masih berlanjut, maka akan ada 5,6 juta orang berusia kurang dari 18 tahun yang akan meninggal lebih awal akibat penyakit yang terkait dengan rokok,” kata Prof Allen demikian dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Prof Allen yang juga merupakan Wakil Dekan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Sabtu (10/6). Prof. Allen menjadi profesor pertama bidang pulmonologi di Indonesia yang berasal dari universitas swasta.

Pengukuhan ini didasarkan pada Surat Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nomor 20216/M/07/2023 yang dikeluarkan pada 3 April 2023.

Dia juga mengungkapkan bahwa dengan populasi lebih dari 266 juta di Indonesia, jumlah perokok saat ini diperkirakan lebih dari 70 juta jiwa. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kebiasaan merokok sering dimulai pada masa remaja, di mana sembilan dari sepuluh anak mulai merokok pada usia 18 tahun.

Baca juga: Kemenkes apresiasi komitmen daerah kendalikan konsumsi rokok

Tidak hanya rokok konvensional, rokok elektrik juga menjadi perhatian penting karena berpotensi berdampak negatif pada kesehatan remaja. “Rokok mengandung nikotin, zat psikoaktif utama yang ada dalam daun tembakau yang menyebabkan stimulasi psikologis adiktif. Paparan nikotin pada remaja dapat berdampak buruk pada sistem saraf pusat dan mengganggu fungsi serta perkembangan kognitif, terutama ketika penggunaan tembakau berlangsung dalam jangka panjang," ujar Prof. Allen.

Terkait dengan masalah kesehatan, sekitar 30 kematian akibat kanker terjadi pada perokok. Merokok dan paparan asap rokok juga meningkatkan risiko 2-4 kali lipat terkena penyakit jantung koroner dan stroke. Selain itu, merokok juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi, gangguan sistem imun, gangguan penglihatan, osteoporosis, dan diabetes.

Sebagai upaya untuk menghentikan penggunaan rokok di kalangan remaja, sejak tahun 2015 Prof. Allen telah menginisiasi Gerakan Berhenti Merokok (Gebrok).

Gebrok merupakan sebuah program pengembangan masyarakat yang diperkenalkan kepada mahasiswa FK UPH yang tergabung dalam organisasi Centre for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA). Program ini terdiri dari enam modul yang difasilitasi oleh seorang mentor yang bertanggung jawab terhadap satu kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang. Setiap minggu, kelompok tersebut akan mendapatkan satu modul yang diajarkan selama satu jam.

Prof. Allen menambahkan bahwa program Gebrok masih berlangsung setiap tahun secara konsisten. Meskipun terjadi pandemi Covid-19 pada tahun 2020 sampai dengan 2022, mahasiswa tetap semangat menjalankan program ini walaupun secara daring.

“Saya juga memberikan masukan dan saran kepada pemerintah serta seluruh masyarakat Indonesia agar bersama-sama mengupayakan seruan dari WHO. Hal ini meliputi melakukan monitoring terhadap penggunaan tembakau, memberikan perlindungan terhadap setiap individu dari asap tembakau, memberikan bantuan untuk berhenti merokok, memberikan peringatan terhadap bahaya merokok, melakukan pembatasan pada iklan, promosi, dan sponsor rokok, serta meningkatkan pajak rokok,” ujar Prof. Allen.

Baca juga: Pemkot Mojokerto ikut sukseskan Kawasan Tanpa Rokok

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023