Kami sangat mengapresiasi inisiasi anak muda memberikan dampak bagi masyarakat, menunjukkan kepedulian, rasa tanggung jawab dan aksi untuk membangun energi yang berkelanjutan seperti yang ditunjukkan mahasiswa Gerilya
Jakarta (ANTARA) - Mahasiswa program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) Batch 4 mengenalkan energi hijau ke tiga sekolah menengah kejuruan (SMK) yang terdampak pembangunan PLTS Terapung Cirata, Jawa Barat.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis mengatakan mahasiswa Gerilya tersebut mengikuti team based project (TBP) atau magang di perusahaan mitra Kementerian ESDM yang bergerak di industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Kami sangat mengapresiasi inisiasi anak muda memberikan dampak bagi masyarakat, menunjukkan kepedulian, rasa tanggung jawab dan aksi untuk membangun energi yang berkelanjutan seperti yang ditunjukkan mahasiswa Gerilya," katanya.

Salah satu tim yang berada dalam asuhan Sinohydro Co Ltd itu menggelar "Cirata FPV Power Plant Goes to School" ke sekolah wilayah terdampak pembangunan PLTS Terapung Cirata 145 MWac, yaitu SMKN 1 Cipeundeuy Bandung Barat, SMKN Maniis Purwakarta, dan SMK Kharisma Nusantara Purwakarta.

Pada kesempatan tersebut, mahasiswa Gerilya mengenalkan 90 orang siswa di tiga SMK mengenai energi hijau atau potensi alam di PLTS terapung dan juga mendapatkan praktik merangkai PLTS sederhana.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari pada 23-35 Mei 2023 itu bertujuan agar anak muda dapat ikut menjaga, melestarikan, dan memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin, tentunya dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan.

Agung menjelaskan potensi PLTS atap secara nasional mencapai 32,5 GW dari pelanggan golongan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah, dengan pemanfaatannya sekitar 80 MWp per 2022.

"Pemanfaatan PLTS juga menjadi salah satu tumpuan pemerintah dalam program akselerasi agar porsi EBT mencapai target 23 persen pada bauran energi nasional tahun 2025 dan terpenuhinya target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat," jelas Agung.

Devinda Agristin, mahasiswa Gerilya dari Universitas Sebelas Maret sebagai pemateri mengungkapkan kegiatan berlangsung lancar.

"Tapi, bukan berarti tanpa dinamika. Banyak tantangan, khususnya membangun gairah partisipasi dan keaktifan peserta," terangnya.

Sementara, Arum Damasari, mahasiswa Gerilya dari Universitas Proklamasi 45, menceritakan bahwa tim TBP Sinohydro punya cara mengatasinya.

"Penggunaan games yang unik dan pembawaan narasi yang adaptif dan edukatif cukup sukses membangun suasana penyampaian materi seru dan bisa diterima oleh para siswa," tuturnya.

Ahmad Haikal, mahasiswa Gerilya dari Universitas Diponegoro, mengakui program edukasi itu memberikannya pengalaman berharga.

"Memberi kebermanfaatan lewat sebuah pengabdian, menjadi sebuah kesempatan tidak akan pernah kami lewatkan, meskipun peluang timbulnya berbagai macam tantangan tidak akan pernah bisa terhindarkan," ujarnya.

Sependapat, Elsi, mahasiswa Gerilya dari Universitas Negeri Manado mengaku tak gentar meski menempuh jarak yang cukup jauh dari daerah asalnya sampai ke Cirata.

"Bukan tentang seberapa sulit tantangan yang harus dilalui, namun seberapa besar kebermanfaatan yang bisa kita berikan," ucap Elsi.

"Antusiasme peserta sangat terlihat dari berbagai pertanyaan yang muncul saat kegiatan berlangsung," sebut Andie Gagas, mahasiswa Gerilya dari Universitas Gajah Mada.

Peserta mengikuti seluruh rangkaian acara dengan baik dan hasil survei di akhir kegiatan juga menunjukkan hasil positif.

"Dapat disimpulkan bahwa peserta bersedia mendukung upaya Indonesia mengurangi emisi karbon, dengan langkah sederhana yaitu berjalan kaki ke sekolah," terang Ridhatullah Akmalurrizal Firdausi, mahasiswa Gerilya dari Universitas Padjadjaran.

Ia pun berharap siswa dapat memahami energi terbarukan khususnya tenaga surya, serta kegiatan serupa dapat terus berlanjut.

Program Gerilya Batch 4 merupakan program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudristek yang ditujukan bagi mahasiswa program studi eksakta/sosiohumaniora minimal semester enam dan hasil pembelajarannya nanti dapat dikonversi setara dengan 20 SKS.

Gerilya akan berlangsung selama lima bulan dengan rincian satu bulan pembelajaran kelas daring dan empat bulan kegiatan magang di perusahaan mitra Gerilya.

Baca juga: Kementerian ESDM ajak mahasiswa terlibat langsung manfaatkan EBT
Baca juga: Kementerian ESDM: Program Gerilya bantu pencapaian target EBT
Baca juga: Serukan transisi energi, Kementerian ESDM gelar Energy Fest di Unand

 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023