Jakarta (ANTARA) - Pengamat isu-isu strategis dan global Prof Dubes Imron Cotan menilai situasi politik Indonesia saat ini masih kondusif dan tidak terlihat pertentangan tajam antara kelompok-kelompok politik seperti pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

“Melalui pengamatan, patut diapresiasi bahwa tahun politik kali ini relatif jauh lebih kondusif, di mana pertentangan seperti yang terjadi di pemilu lalu tidak termanifestasikan,” ujar Imron dalam webinar Moya Institute bertema “Membaca Prospek Kemenangan Tiga Capres Populer”, dipantau dari Jakarta, Jumat.

Imron mengatakan nama-nama calon presiden yang populer belakangan ini merupakan putra-putra terbaik Indonesia.

Sejauh ini, katanya, terdapat tiga "leading candidates" dalam kontestasi untuk menjadi Presiden RI selanjutnya, yaitu bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo), bakal calon presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan bakal calon presiden usungan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (NasDem, PKS, dan Demokrat) Anies Baswedan.

“Ketiga calon presiden tersebut memiliki peluang untuk terpilih,” ujarnya.

Baca juga: Pengamat sebut capres harus kedepankan narasi persatuan
Baca juga: SBY bagikan momen bermimpi jemput Megawati bersama Jokowi


Yang terpenting, menurut dia, masyarakat harus jeli melihat siapa kandidat yang memiliki kemampuan untuk memupuk rasa nasionalisme bangsa, menghimpun segenap elemen, dan kekuatan bangsa menuju Indonesia Emas 2024, seperti yang digagas Presiden Jokowi.

“Sehingga ia kelak mampu membawa Indonesia keluar sebagai pemenang dari masa sulit saat ini menuju masa depan,” ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Australia ini.

Guru Besar llmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof Aidul Fitriaciada Azhari mengatakan presiden Indonesia terpilih nantinya diharapkan mempunyai dua kapasitas unggul, yakni mampu merawat persatuan, kesatuan, dan membangun negara.

“Kedua itulah yang akan terus menopang negara karena sehebat apa pun pemimpinnya, jika tidak didukung lapisan bawah yang kuat, maka akan sulit mencapai tujuan bernegara yang ditetapkan konstitusi kita,” ujar Aidul.

Aidul mengatakan bahwa sifat pilpres adalah untuk memilih capres (election), bukan menyeleksi (selection).

“Capres itu sifatnya adalah dipilih dan bukan diseleksi. Jika diseleksi maka melalui uji kriteria, siapa orang yang cocok karakternya untuk memimpin sesuatu. Sedangkan, pemilihan berarti dipilih, ada syarat keterpilihan, yakni penerimaan publik,” kata Aidul.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023