Yogyakarta (ANTARA) - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan seorang pemimpin harus memiliki jiwa Pancasila sehingga nilai-nilai luhur Pancasila akan dijadikan pegangan dalam pengaplikasian setiap kebijakan guna kemajuan bangsa dan negara.

"Pancasila bukan hanya sekadar hiasan belaka, melainkan harus dijadikan ruh dalam tindak tanduk setiap orang. Kalau pemimpin memiliki ruh Pancasila, maka dia akan mencintai rakyat dan memperhatikan kebijakan-kebijakan untuk rakyatnya," kata Benny dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa.

Benny yang juga seorang budayawan itu mengatakan selain harus berjiwa Pancasila, maka seorang pemimpin harus memiliki jiwa kerahiman agar bertindak 'welas asih', berkata dengan bijak, dan menjaga ruh kesatuan bangsa.

Apalagi, kata dia, tantangan ke depan seorang pemimpin harus memiliki jiwa pelayan, mengacu nilai Pancasila yang membutuhkan pemimpin berjiwa kerahiman, berjiwa terbuka, pemimpin yang mau belajar, dan selalu rendah hati.

"Kerahiman itu pula yang menuntun jiwa seorang yang kredibel dalam kasih dan bisa menunjukkan kasihnya kepada mereka yang miskin, tersisih, dan lemah," katanya.

Baca juga: KemenPPPA dan BPIP ajak anak tumbuhkan nilai-nilai Pancasila
Baca juga: BPIP: Pancasila jawaban atas tantangan lokal dan global


Dia mengatakan orientasi pemimpin berjiwa kerahiman itu meskipun tidak sempurna atau mendekati sempurna, pemimpin harus dekat dengan rakyat, memiliki belas kasih,  mau merangkul lawan politiknya, dan membangun kebersamaan.

Benny yang juga Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute ini mengatakan pertarungan ruang publik antara panggung belakang dan panggung depan perpolitikan saat ini adalah pertarungan perebutan wacana simbol. Simbol ini sangat penting dalam memengaruhi keputusan politik yang akan diambil.

"Misalnya simbol pertemuan partai-partai mengisyaratkan memang akan ada kejutan-kejutan di dalam politik karena dalam politik yang seperti sekarang ini tidak ada kekuatan politik yang dominan," katanya.

Benny mengatakan masing-masing partai politik selalu merebut simbol-simbol tersebut. Karena simbol-simbol itu akan menentukan ke depannya dalam hal siapa yang akan mendapatkan kemenangan.

"Karena masing-masing partai politik itu ujung-ujungnya adalah mencari posisi untuk mendapatkan kekuasaan," katanya.

Namun demikian, Benny menjelaskan kualitas politik Indonesia saat ini tidak bisa dominasi satu partai, tetapi membutuhkan kerja sama antarpartai untuk berbagi kekuasaan.

"'Sharing' (berbagi) kekuasaan itulah yang sebenarnya saat ini terjadi sehingga dalam berbulan-bulan ini akan ada perebutan simbol-simbol, dan yang direbutkan adalah simbol yang punya relasi kuasa dan dominasi kuat untuk menentukan pemimpin ke depan," katanya.

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023