Membangun upaya kesehatan masyarakat salah satunya kita mulai dari keluarga. Ini poin sangat penting bahwa Harganas harus kita jadikan momentum, membangun ketahanan kesehatan bangsa melalui kesehatan keluarga
Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan Hari Keluarga Nasional (Harganas) merupakan sebuah momentum membangun ketahanan bangsa lewat kesehatan keluarga.

“Membangun upaya kesehatan masyarakat salah satunya kita mulai dari keluarga. Ini poin sangat penting bahwa Harganas harus kita jadikan momentum, membangun ketahanan kesehatan bangsa melalui kesehatan keluarga. Di sinilah semua pihak dibutuhkan perannya,” kata Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Rabu.

Pada Harganas ke-30 Tahun 2023 bertema “Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Indonesia Maju,” Adib menyoroti sejumlah masalah kesehatan yang sebenarnya masih dapat dicegah masyarakat, salah satunya stunting.

Stunting bukan sesuatu sederhana yang bisa diselesaikan dengan pemberian telur setiap hari, bukan. Stunting merupakan sebuah perwujudan problematika kesehatan yang kita lihat bukan hanya dari sisi permasalahan kedokteran gizi saja, tapi ada kaitannya juga dengan edukasi,” katanya.

Dalam mengatasi masalah stunting serta masalah kesehatan lainnya, kata dia, tidak bisa hanya mengandalkan para tenaga medis ataupun stakeholder yang berkompetensi di bidang kesehatan saja.

Program percepatan penurunan stunting yang saat ini dicanangkan pemerintah butuh keterlibatan peran multi sektor, termasuk masyarakat. Karena itu ia mengajak semua pihak membantu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) agar tidak ada lagi anak yang menderita stunting.

Baca juga: IDI dan tujuh organisasi profesi deklarasikan komitmen cegah stunting

IDI bahkan melalui Hari Bakti Dokter Indonesia beberapa waktu lalu, sudah ikut turun serta dalam membantu pemerintah daerah (pemda) mengentaskan stunting.

Adib mengatakan satu upaya yang dipastikan sedang berjalan adalah membuat pilot project desa binaan, guna mengevaluasi intervensi yang dijalankan bersama stakeholder terkait penurunan angka prevalensi stunting.

Karena itu ia meminta Harganas tahun ini bisa dimaknai setiap pihak untuk membangun keluarga yang sehat dan meningkatkan mutu literasi serta akses informasi bagi keluarga dalam mencari informasi kesehatan, seperti asupan gizi yang seimbang maupun menjaga kesehatan reproduksi.

“Kita harus men-deliver, memberikan informasi kepada para keluarga mulai dari keluarga di daerah perkotaan, kepulauan, dan perbatasan. Sehingga kita bisa terus menerus memberikan informasi kesehatan. Paradigmanya sekarang tidak bisa kita hanya mengandalkan paradigma sakit saja. Tapi kita perlu untuk mengedepankan paradigma sehat,” ujarnya.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting Indonesia hingga hari ini masih berada pada 21,6 persen. Angka ini masih berada di ambang batas ketetapan Badan Kesehatan Dunia (WHO)  di bawah 20 persen.

Sehingga kini melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Presiden Joko Widodo secara resmi menunjuk BKKBN sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting.

Baca juga: Menkeu: Penurunan stunting-kemiskinan fokus tahun terakhir pemerintah
Baca juga: Presiden berpesan bayi tidak diberi bubur instan untuk cegah stunting


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023