Kementerian Kesehatan Arab Saudi menyediakan lebih dari 32.000 dokter dan paramedik
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKM-UI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan Pemerintah Arab Saudi melayani kesehatan 1.845.045 jamaah haji dari sekitar 150 negara di dunia, tentunya termasuk lebih dari 200.000 dari Indonesia.

Selain itu menurut Tjandra, ada juga 4.951 jamaah haji dari 90 bangsa yang berhaji tahun ini atas undangan Raja Arab Saudfi King Salman.
​​
​​​​"Kementerian Kesehatan Arab Saudi menyediakan lebih dari 32.000 dokter dan paramedik yang bertugas di 32 rumah sakit dan 140 pusat kesehatan lain," kata Tjandra Yoga Aditama yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
 
Selain itu, masih dibantu dengan sekitar 36.000 kader kesehatan 32.000 di antaranya berasal Kementerian Kesehatan Arab Saudi dan ada lebih dari 7.600 relawan yang membantu pelayanan kesehatan.

Saat ini jamaah haji seluruh dunia sudah menjalani wukuf di Padang Arafah pada Selasa (27/6) waktu setempat.

Ia mengatakan Pemerintah Arab Saudi menyediakan beberapa rumah sakit di sekitar area Padang Arafah, dengan lebih dari 800 tempat tidur, serta 45 klinik kesehatan.

Baca juga: 2 juta jamaah haji lempar jumrah Aqabah
Baca juga: DPR RI sebut jamaah haji yang terlantar di Muzdalifah telah dievakuasi


Pada Selasa (27/6), kata Tjandra, jamaah haji menuju Musdalifah dari Arafah, di mana ada sebagian calon jamaah haji Indonesia yang sempat tertahan di Musdalifah sampai siang tadi, baru kemudian dapat meneruskan prosesi ibadah hajinya.

Tjandra yang juga Ketua Tim Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Kesehatan Haji tahun 2014 mengatakan sesudah dari Arafah dan Musdalifah, maka para jamaah haji akan melanjutkan ibadahnya, baik dalam bentuk tawaf Ifadah maupun juga melontar jumrah di Mina.

"Dalam beberapa hari ke depan maka semua jamaah haji akan tinggal (mabit) di Mina untuk melanjutkan kegiatan melontar tiga jamarat yang ada," katanya.

Tjandra yang pernah mengemban tugas sebagai Kepala Poliklinik Haji Mekkah tahun 1990 mengatakan perlu ada pengaturan terperinci dalam kegiatan melontar jumrah.

Untuk tahun ini sudah ditetapkan bahwa hanya ada sekitar 300.000 jamaah haji dalam daerah melontar jumrah dalam satu jam. "Jadi memang harus diatur bergiliran secara baik, tentu juga untuk jamaah haji kita," katanya.

Baca juga: Dua jamaah haji asal Sulawesi Selatan wafat usai wukuf di Arafah
Baca juga: Menteri Agama: Layanan badal lontar jumrah dan badal haji gratis


Tjandra teringat pengalaman sedih ketika menjadi Kepala Klinik Haji Indonesia di Mekkah di tahun 1990, ketika terjadi tragedi Mina pertama yang ketika itu baru ada satu terowongan yang harus dilewati jamaah haji dari kemah ke tempat melontar jumrah.

Sesudah kejadian 1990, kata Tjandra, maka dibangun dua terowongan, masing-masing satu arah dari perkemahan jamaah ke tempat melontar dan sebaliknya.

Seperti diketahui, suhu udara panas merupakan salah satu tantangan berat bagi jamaah haji. Sampai dengan kemarin, pelayanan kesehatan Pemerintah Arab Saudi sudah menangani 500 pasien dengan berbagai tingkatan heat exhaustion dari berbagai negara di dunia.

Tjandra mengatakan Pemerintah Arab Saudi terus melakukan penanaman pohon di area Mekkah dan Arafah agar cuaca panas dapat lebih dikendalikan dari tahun ke tahun.

"Untuk tahun ini saja telah ditanam 130.000 pohon dan terus dilakukan penghijauan setidaknya di area 20.000 meter persegi di sekitar Jabal Rahmah, bukit di Arafah yang disebutkan menjadi tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa," katanya.

Baca juga: Cuaca panas ekstrem, jamaah haji gunakan payung saat wukuf
Baca juga: Dua juta peserta haji wukuf di Padang Arafah
Baca juga: Amirul Hajj di Arafah doakan jamaah raih haji mabrur

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023