Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak dari Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi mengatakan bahwa momen liburan sekolah dapat menjadi ajang pembelajaran yang berbeda bagi anak-anak melalui ragam aktivitas baik yang dilakukan di luar ruangan maupun di dalam ruangan.

"Pada saat liburan itu sebetulnya menjadi ajang pembelajaran yang berbeda. Biasanya dia belajar dengan menggunakan otak kiri seperti (belajar) matematika dan sebagainya. Mungkin dengan ini, dia bisa inovasi, bisa gambar, atau apapun yang biasanya tidak biasa dia lakukan sehingga waktu liburan itu stimulasinya bisa juga luar biasa untuk si anak," kata psikolog yang akrab disapa Romi itu saat dihubungi ANTARA, Jumat.

Baca juga: 5 pilihan destinasi wisata untuk isi libur sekolah

Romi mengatakan aktivitas saat liburan sekolah tidak harus selalu meriah dan repot seperti pergi keluar kota. Yang terpenting, aktivitas tersebut harus keluar dari kebiasaan atau rutinitas anak dibanding saat masih bersekolah. Aktivitas selama liburan juga perlu disesuaikan dengan usia sang anak.

"Dengan adanya liburan ini, dia keluar dari situasi tersebut (rutinitas sekolah) dan itu seperti me-recharge baterai agar bisa berhasil untuk membuat dia menjadi lebih segar dan lebih oke pada saat di sekolah nanti," kata dia.

Jika selama masa liburan hanya berada di dalam rumah, Romi mencontohkan, orang tua bisa mengembangkan aktivitas-aktivitas yang memang disukai oleh anak seperti belajar memasak, belajar merajut, hingga bermain peran.

Menghabiskan waktu liburan di luar ruangan juga dapat menjadi opsi lain, contohnya seperti aktivitas berkemah di alam. Romi mengatakan aktivitas ini dapat membantu anak untuk melatih logika, melatih kemandirian, hingga mengembangkan kemampuan-kemampuan lain.

"Dia bisa mencoba untuk belajar menjadi orang yang berbeda dari biasanya (dari rutinitas sekolah) dan tidak selalu harus diatur oleh orang tuanya. Dia bergerak sendiri untuk bisa mengatasi masalah-masalah pada waktu dia camping," kata Romi.

Meski begitu, Romi mengingatkan agar orang tua berdiskusi terlebih dahulu bersama anak mengenai destinasi yang ingin dikunjungi, bahkan sebelum masa liburan tiba. Selama diskusi, anak sebaiknya juga didorong untuk merancang rencana perjalanan dan menentukan destinasi yang dituju.

"Misalnya dia pilih, 'Saya mau ke Jogja'. Orang tua kasih informasi juga, 'Coba cari lebih jauh dan kamu mau pergi ke Jogja, bikin itinerary-nya sendiri apa yang mau dilakukan'. Itu jadi suatu tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk anak," kata Romi.

Jika hendak berlibur ke destinasi tertentu, orang tua juga perlu mengomunikasikan anggaran dana (budget) yang disanggupi kepada anak. Jangan pula membebani anak dengan ekspektasi tertentu berdasarkan besaran anggaran yang sudah dikeluarkan.

Romi mengingatkan tujuan wisata yang hendak dikunjungi harus disesuaikan dengan minat anak, bukan berdasarkan keinginan orang tua. Selain itu, tidak perlu memaksakan situasi apabila rencana perjalanan yang sudah dibuat tidak memungkinkan untuk diwujudkan. Namun jangan lupa, buatlah kesepakatan dan opsi kegiatan lain bersama anak.

"Dan yang paling penting, kalau liburan membuat anak bahagia. Jadi, jangan penuh dengan aturan, harus ini, harus ini. Aturan tetap ada tetapi tidak sampai yang mengekang yang membuat anak menjadi tidak nyaman," pungkas Romi.

Baca juga: Ide aktivitas murah dan menyenangkan untuk isi liburan sekolah

Baca juga: Isi liburan sekolah dengan berwisata ke surga domestik

Baca juga: Sederet daftar aplikasi edukasi untuk isi waktu liburan sekolah

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023