kemacetan di DKI belum berkurang
Jakarta (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengevaluasi kebijakan penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota.

"Perlu dievaluasi karena tingkat kemacetan di DKI Jakarta hingga saat ini belum berkurang," kata anggota DPRD DKI Gembong Warsono, saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut dia, hal itu perlu dilakukan agar anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) DKI dampaknya benar-benar maksimal bagi warga Jakarta.

Menurut Gembong, evaluasi penerapan AI diperlukan untuk membandingkan kondisi kemacetan sebelum dan sesudah penerapan program tersebut.

Baca juga: Pejabat DKI diminta pakai transportasi umum saat beraktivitas

Jika dinilai dapat mengurangi macet, maka kebijakan tersebut bisa ditingkatkan sebagai regulasi permanen untuk mengatur lalu lintas.

Namun jika tidak, maka pihak Dinas Perhubungan (Dishub) harus kembali berinovasi dan bekerjasama dengan instansi terkait guna mengatasi permasalahan itu. 

Gembong juga meminta Dishub terbuka dengan data kemacetan di DKI Jakarta pasca program tersebut diberlakukan.

Hal itu dilakukan agar masyarakat bisa mengetahui tingkat keberhasilan penerapan sistem AI.

Sebelumnya, Dishub DKI Jakarta menyebut sebanyak 20 simpang sudah menggunakan teknologi AI untuk membantu mengurangi kemacetan.

Baca juga: DPRD desak pemprov maksimalkan transportasi umum untuk kurangi macet

"Jadi, ada dua puluh simpang yang sudah menerapkan prinsip AI dengan 'intelligent transport system' (sistem transportasi cerdas) di 'traffic light' (lampu lalu lintas)," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo.

Menurut Syafrin, penerapan kecerdasan buatan cukup berpengaruh dalam memantau dan melakukan pengaturan waktu di lampu lalu lintas (traffic light) berdasarkan informasi basis data internal Google.

Selain itu, penerapan AI juga dapat memperkuat fungsi sistem manajemen lalu lintas (adaptif forces) yang dijalankan dan menghitung secara aktual volume lalu lintas di simpang.

Sehingga, dengan teknologi tersebut Dishub DKI dapat mengetahui perbandingan antara kapasitas jalan dengan kepadatan lalu lintas di jalan tersebut (vc ratio)

"Jadi, 'traffic light' tersebut dapat 'melihat' kaki simpang mana yang padat, sehingga di titik itulah yang akan diberikan prioritas lampu hijau lebih banyak atau lama," ujar Syafrin.

Baca juga: Menanti dirut bisa duduk bareng anak magang atasi macet jalanan di DKI

Kemudian, dengan penerapan teknologi AI ini Dishub DKI juga memberikan prioritas terhadap rute angkutan umum, seperti TransJakarta.

Adapun 20 titik lokasi yang sudah menggunakan teknologi kecerdasan buatan antara lain Jalan Jembatan 2 Raya-Jalan Tubagus Angke, Jalan Kyai Tapa-Jalan Daan Mogot (Grogol), dan Jalan S Parman-Jalan Tomang Raya.

Tahun ini, kata Syafrin pihaknya akan menambah 40 simpang lagi yang akan dipasang penerapan AI sebagai upaya mengurangi kemacetan di DKI Jakarta.
 

Pewarta: Walda Marison
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023