Ini pengalaman baru, saya senang karena ketukan saya bisa mengikuti ritme lagunya
Yogyakarta (ANTARA) - Suara "tok, tek, tok, tek" dari kayu gelondong yang dipahat hingga berceruk atau berongga layaknya bentuk perahu (lesung) bertemu dengan batang kayu pemukul (alu) yang menimbulkan irama menyambut kedatangan Delegasi ASEAN Women Peace and Security (WPS) di Kalurahan Sinduharjo, Sleman, DI Yogyakarta.

Warga desa menyambut delegasi itu dengan penuh keceriaan yang diwujudkan dalam nyanyian dan alunan irama "gejog lesung".

Mengutip situs pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, gejog lesung memiliki arti permainan musik yang bersahut-sahutan. Kata gejog merujuk pada pengertian bersahut-sahutan dan saling menimpali ibarat dua orang atau lebih yang sedang bercengkerama atau dalam bahasa Jawa diartikan gojeg atau gojegan dan kata lesung berarti benda tempat menumbuk padi.

Dahulu, gejog lesung bukanlah sebuah kesenian, melainkan aktivitas para petani, terutama kaum perempuan, untuk memisahkan bulir padi dari kulitnya.

Kini, gejog lesung dilestarikan sebagai kesenian tradisional berupa permainan instrumen musik, suara ceria yang dihasilkan dari pukulan-pukulan lesung itulah letak seninya.

Bahkan saat ini, tradisi gejog lesung sering dikolaborasikan dengan gamelan dan alat-alat musik modern untuk mengiringi nyanyian tradisional.

Para delegasi yang hadir di Kalurahan Sinduharjo tampak takjub melihat lima ibu-ibu desa setempat memainkan gejog lesung yang mengeluarkan suara ceria.

Para pemain secara bergantian menabuh lesung dengan alu pada bagian sisi kayu maupun cekungan hingga menimbulkan suara secara berirama dan saling bersahut-sahutan.

Seiring irama pukulan para penabuh lesung, kelompok lain menyanyikan lagu atau tembang Jawa sembari menari.

Kedatangan delegasi ASEAN Women Peace and Security ke Kalurahan Sinduharjo itu merupakan bagian dari agenda konferensi Kerangka Kerja Strategis Pengarusutamaan Gender ASEAN (ASEAN Gender Mainstreaming Strategic Framework/AGMSF). Para delegasi datang untuk studi banding "Desa Damai" yang diinisiasi Wahid Foundation.

Provinsi D.I. Yogyakarta dipilih sebagai lokasi konferensi karena memiliki tradisi kota yang mengakar dan keramahtamahan yang hangat. Suasana ini dapat menjadi inspirasi untuk memperkuat komitmen dalam memajukan kesetaraan dan inklusi gender di kawasan ASEAN.

Usai melakukan diskusi, Yenny Wahid selaku Direktur Wahid Foundation mengajak para delegasi untuk turut merasakan sensasi memainkan gejog lesung.

"Para delegasi yang terhormat, ayo ke depan,  kita bermain permainannya tradisional. Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan," tuturnya.

Tak menunggu lama, sejumlah delegasi yang hadir seperti dari Malaysia, Filipina, Kamboja, Thailand, Australia, bahkan Inggris pun maju.

Sebelum memainkan alat tradisional itu, para delegasi diminta untuk memerhatikan sejenak ketukan-ketukan yang dimainkan oleh ibu-ibu pemain gejok lesung. Setelah dirasa cukup, para delegasi dipersilakan untuk ikut memainkan instrumen tradisional itu diiringi sinden.

Delegasi pun berebut mengambil alu, sementara yang tidak kebagian terpaksa masuk ke dalam kelompok penari.

Lagu Padang Bulan pun dimainkan, diiringi gamelan dan alat musik modern, delegasi yang memegang alu mengikuti arahan ibu-ibu kapan harus menumbuk atau memukul alu ke dalam lesung.

Kelompok lainnya, tampak mengikuti gerakan tari yang juga dipandu penari. Meski gerakannya terlihat kaku karena malu-malu, delegasi cukup menikmati, bahkan ada yang membuat gerakan tari sendiri.

Salah seorang delegasi dari Timor Leste, Celeste RMG, mengaku mendapatkan pengalaman baru saat memainkan alat musik tradisional itu.

"Ternyata pemukulnya (alu) berat, sampai berkeringat. Ini pengalaman baru, saya senang karena ketukan saya bisa mengikuti ritme lagunya," ujarnya.

Menurutnya, bermain gejog lesung tidak bisa dijalankan tanpa memiliki rasa yang baik dan kerja sama.
Delegasi ASEAN Women Peace and Security (WPS) turut serta memainkan kesenian tradisional gejog lesung saat mengunjungi Kalurahan Sinduharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (5/7/2023). ANTARA/ Zubi Mahrofi


Aktor utama

Gejog lesung dinilai memiliki makna gotong royong, selain itu juga memiliki makna dan nilai-nilai yang menempatkan perempuan sebagai aktor utama.

Gejog lesung juga dengan sengaja menempatkan perempuan sebagai aktor utama yang memberikan keceriaan.

Maka tidak salah, Pemerintah terus berupaya untuk memberdayakan perempuan dalam setiap aspek kehidupan, salah satunya pemberdayaan perempuan secara ekonomi.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, menilai perempuan berdaya secara ekonomi merupakan hulu untuk menyelesaikan isu-isu kekerasan, pekerja anak, dan perkawinan anak.

Terdapat lima arahan Presiden RI Joko Widodo untuk memberdayakan perempuan, yaitu pemberdayaan di bidang kewirausahaan berperspektif gender, peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak, penurunan angka kekerasan, pencegahan perkawinan anak, dan pekerja anak.

Arahan Presiden RI itu tentunya tidak akan ada kendala kalau semua pihak memiliki komitmen sama.

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid juga mengatakan penguatan terhadap peran perempuan dapat berdampak sangat positif bagi lingkungan.

Salah satu yang diinisiasi oleh Wahid Foundation adalah Desa Damai, yang menjadikan perempuan sebagai aktor utamanya.

Agen perempuan menerima pelatihan berkala tentang penyelesaian konflik dan cara mencegah, mendeteksi, dan menyikapi tanda-tanda awal kekerasan secara lokal.

Selain itu, perempuan juga didorong untuk menumbuhkan kemampuannya agar menjadi mandiri secara ekonomi hingga berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di desa.

Jika perempuan diberdayakan secara ekonomi maka akan terbangun daya tahan ekonomi keluarga dan kerukunan di tengah masyarakat.

Saat ini, Yenny menilai masih banyak potensi perempuan yang belum terungkap. Oleh karena itu, perlu kolaborasi semua pihak untuk bagaimana caranya perempuan bisa sama berdayanya dengan laki-laki. Tentunya harus dimulai dari akar rumput, yakni desa.
Para Delegasi ASEAN Women Peace and Security (WPS) berfoto bersama usai melakukan diskusi "Desa Damai" yang diinisiasi Wahid Fondation di Kalurahan Sinduharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (5/7/2023). ANTARA/Zubi Mahrofi

Dari desalah kunci untuk kesetaraan gender itu diraih, kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Kepala desa harus berkomitmen untuk menyertakan dan memfasilitasi perempuan dalam mengambil keputusan di desa sehingga perempuan dapat turut serta membangun kekuatan bangsa dan negara.

Layaknya kelompok gejog lesung, harmonisasi diperlukan dari para pemainnya yang saling bekerja sama, berempati, dan memahami sehingga masing-masing anggota kelompok itu merasa menjadi sesuatu.




 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023