Hanya Indonesia yang tidak terkena penyakit (EMS) ini. Oleh karena itu, ini peluang besar bagi kita untuk memproduksi udang sebanyak-banyaknya. Apalagi nilai jualnya saat ini sedang tinggi,"
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia bersiap merebut pasar udang internasional menyusul adanya penyakit misterius (early mortality syndrome/EMS) yang menyerang petambak udang di sejumlah negara produsen udang, seperti Vietnam, Thailand, China, dan Malaysia.

Dirjen Perikanan Budi Daya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Subiakto di Indramayu, Jawa Barat, Minggu, mengatakan bahwa saat ini tengah terjadi lonjakan permintaan terhadap komoditas udang di pasar global akibat tersendatnya supply dari negara produsen udang.

"Hanya Indonesia yang tidak terkena penyakit (EMS) ini. Oleh karena itu, ini peluang besar bagi kita untuk memproduksi udang sebanyak-banyaknya. Apalagi nilai jualnya saat ini sedang tinggi," katanya saat panen udang di tambak percontohan demfarm pembudidaya Vaname di Kabupaten Indramayu.

Dia menuturkan bahwa tingginya kepercayaan perbankan dalam memberikan permodalan terhadap sektor budi daya perikanan saat ini juga menjadi nilai tambah yang positif dalam upayanya untuk meningkatkan produksi udang nasional.

"Kepercayaan ini tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah menerapkan tambak percontohan demfarm dengan menggunakan teknologi dan penerapan cara budi daya yang lebih baik," katanya.

Luas lahan yang dijadikan demfarm saat ini mencapai 1.000 hektare (ha) yang tersebar di Kabupaten Indramayu, Cirebon, Karawang, dan Subang Jawa Barat serta Serang dan Tanggerang, Banten.

Pada tahun 2013, ditargetkan akan ada 2.000 hektare tambak demfarm.

"Rencananya perluasan ini akan kita kembangkan di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Sumatera Utara," katanya.

Dia berharap demfarm seluas 1.000 ha itu dapat berkontribusi terhadap produksi udang nasional sebesar 45.000 ton/tahun atau senilai Rp2,25 triliun.

Pada tahun 2014, pihaknya berupaya mengoptimalkan luas areal tambak lebih dari 20.000 ha di Pantura Jawa Barat dan Banten dengan target produksi sebanyak 200.000 ton/tahun.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron mengapresiasi keberhasilan revitalisasi budi daya perikanan, termasuk tambak percontohan demfarm.

"Hasil panen udang vaname di Indramayu ini merupakan keberhasilan program revitalisasi tambak, dan tentunya jika terus dikembangkan maka ini akan menjadi solusi untuk mengentaskan nelayan dari kemiskinan," katanya.

Herman menyatakan siap mendukung segala upaya pemerintah untuk mengembangkan demfarm karena dirinya mengaku yakin program tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan produksi perikanan nasional dan kesejahteraan rakyat, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan.

"Komisi IV akan mendorong terus dilakukannya program revitalisasi perikanan budi daya melalui deregulasi dan kebijakan anggaran," katanya.

Peran Penyuluh

Kepala Badan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) Suseno mengatakan bahwa penyuluh perikanan memiliki peran yang strategis dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan, termasuk dalam keberhasilan revitalisasi tambak, khususnya tambak percontohan demfarm.

"Jika dipersentase, 40 persen keberhasilan produksi perikanan merupakan peran dari penyuluh," ujarnya.

Dia menyatakan bahwa penyuluh perikanan terlibat dalam semua mata rantai produksi perikanan, mulai dari pendampingan awal produksi hingga proses panen.

Saudin, penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak di Kabupaten Indramayu menjelaskan bahwa setiap ada pembukaan areal tambak, penyuluh perikanan yang bertugas di areal tersebut melakukan pemantauan dan pendampingan kepada para petambak untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam setiap proses budi daya.

"Kalau ada yang salah dalam proses budi daya, dampaknya sangat fatal," ujarnya.

Dalam model budi daya udang demfarm itu, kata dia, masalah utama yang dihadapi oleh penyuluh adalah mentransformasikan teknologi budi daya kepada para petambak tradisional karena mereka masih terbiasa dengan pola budi daya tradisional tanpa bantuan teknologi.

(S025/D007)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013