Jakarta (ANTARA) - Platform perpesanan Linxchat menawarkan layanan end to end mulai dari komunikasi, pemesanan, pembelian, hingga pembayaran.

Dengan Linxchat, pengguna dapat mencari produk maupun jasa yang ditawarkan pengguna lain, yang selanjutnya melakukan pemesanan, pembelian, bahkan pembayaran, layaknya berkirim pesan di platform pesan instan.

“Sesuai dengan slogan kami sambil chat-an dapat cuan, pengguna dapat menawarkan produk atau jasanya di platform Linxchat hingga mendapatkan penghasilan,” ujar CEO Linxchat Tony dalam keterangan yang diterima di Jakarta pada Jumat.

Linxchat hadir untuk menjawab maraknya pengangguran di Indonesia, sementara tidak sedikit dari orang yang menganggur sebenarnya memiliki keterampilan yang dapat dijual seperti servis AC, jasa bersih-bersih, jasa pijat/refleksi, jasa supir, dan lain sebagainya.

Aktivitas jual-beli di platform itu dapat membentuk komunitas dan mengedepankan Loyality Costumer untuk penguatan brand jangka panjang.

Baca juga: Peneliti berharap ada pemberlakuan regulasi pajak 'social commerce'

“Linxchat dapat mendominasi segmentasi pasar khususnya untuk semua orang yang saat ini lebih menyukai all in one platform, di mana semua golongan masyarakat dapat melakukan semua akivitas online dalam satu platform. Selain itu, UMKM yang belum atau pun masih awam dalam penggunaan teknologi seperti, Toko kelontong, servis/jasa atau penyedia yang belum siap dengan highcost,” kata Tony.

Sementara untuk pelaku pengguna, Linxchat dapat digunakan untuk aktivitas B2B seperti e-commerce pada umumnya. Khusus pengguna Linxchat, mereka dapat lebih mudah melakukan promosi produknya kepada sesama pengguna Linxchat.

Dengan menggabungkan empat layanan menjadi satu, mulai dari berkirim pesan, pemesanan, pembelian, hingga pembayaran, Linxchat menjadi platform pertama di Indonesia yang menawarkan solusi end to end.

Aplikasi yang dikembangkan di Indonesia dengan menyasar pebisnis lokal itu menyasar pasar internasional sehingga para penggunanya yang menawarkan produk, dapat mempromosikan produknya hingga ke luar negeri.

Baca juga: "Social commerce" kanal promosi efektif bagi produk perdagangan

Chief Technology Officer (CTO) Linxchat Angga menambahkan platform dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan berbagai kebiasaan masyarakat Indonesia, salah satunya mengutamakan interaksi sosial dan komunitas dalam membangun hubungan antara pembeli dan penjual/penyedia. Sebagai contoh, orang Indonesia sangat senang bersosialisasi di dunia maya, komunitas dan forum di Indonesia sampai portal berita juga ramai komentar.

“Kultur inilah yang membuat perbedaan jelas dengan kultur lokal di tiap negara. Kebanyakan di luar negeri itu masyarakatnya lebih individualis dibandingkan Indonesia/Asia,” kata Angga.

Linxchat juga mendukung fitur Artificial Intelligence (AI) yang akan memudahkan penggunanya dalam menemukan sebuah produk atau layanan. Fitur AI seperti social culture, sentiment analytics, smart product searching, fraud detection, dan financial tools memungkinkan penggunanya dapat menemukan produk dengan menyebutkan merek, warna maupun ukuran.

“Misalnya, pembeli bisa dengan mudah mencari produk dengan lebih spesifik dengan menggunakan fitur AI ini," kata Angga.

Teknologi lain yang disematkan dalam platform Linxchat adalah untuk pembayaran global menggunakan validasi instan dan lebih cepat prosesnya. Jadi, walaupun membeli di beda negara, rasanya tetap sama cepatnya seperti membeli di dalam negeri sendiri.

Untuk keamanan, Linxchat didukung keamanan berupa end-to-end encryption dan keamanan transaksi untuk mematuhi regulasi lembaga keuangan sehingga platform aman dari penipuan.

Menurut Angga, saat ini platform atau aplikasi Linxchat telah tersedia di Android dan IOS dan sudah dapat diunduh. Dengan menyasar berbagai segmen pengguna, platform yang direncanakan akan diluncurkan tahun ini telah disiapkan untuk diakses oleh jutaan pengguna sekaligus di berbagai belahan dunia.

Baca juga: "Social commerce" syariah Berkahi hadir ingin bantu UMKM

Baca juga: Aplikasi social commerce terbaru untuk pengusaha


Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023