Sydney (ANTARA) - Saham-saham di bursa Asia memulai perdagangan pekan ini dengan dibuka melemah pada Senin pagi, karena pasar bersiap untuk sejumlah data ekonomi China yang bisa sangat mengecewakan, sementara musim laporan keuangan emiten meningkat dengan Tesla di antara jadwal berikutnya.

Perekonomian China diperkirakan tumbuh hanya 0,5 persen pada kuartal kedua, meskipun laju tahunannya diprediksi mencapai 7,3 persen.

Penjualan ritel, hasil industri, dan investasi perkotaan semuanya diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang melambat, itulah sebabnya pasar memperkirakan Beijing untuk segera meluncurkan lebih banyak langkah stimulus.

Angka-angka yang keluar selama akhir pekan menunjukkan harga rumah baru China tidak berubah pada Juni, hasil terlemah tahun ini.

Risiko hasil yang lebih lemah membuat indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,2 persen, meskipun mencatat reli 5,6 persen minggu lalu.

Baca juga: Saham Asia siap cetak minggu terbaik 2023, Fed bisa hentikan kenaikan

Nikkei Jepang ditutup untuk liburan, meskipun perdagangan berjangka mendekati datar. S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka sama-sama turun 0,2 persen, tetapi itu mengikuti kenaikan besar pekan lalu.

Tesla adalah perusahaan teknologi besar ternama pertama yang akan menyampaikan laporan keuangannya minggu ini, sementara peruhaan besar lainnya termasuk Bank of America, Morgan Stanley, Goldman Sachs, dan Netflix.

Data penjualan ritel AS diperkirakan menunjukkan kenaikan 0,3 persen tidak termasuk otomotif, melanjutkan tren yang lebih lambat tetapi cukup solid untuk menyesuaikan dengan tema soft-landing yang disukai pasar.

"Kami terus mencari kontraksi moderat untuk bertahan menjelang akhir tahun, tetapi jalan menuju disinflasi non-resesi mulai terlihat lebih masuk akal," kata Michael Feroli, seorang ekonom di JPMorgan.

"Kami berharap pejabat Fed menyambut perkembangan inflasi terbaru, tetapi menyatakan kemenangan dengan pengangguran di bawah 4,0 persen dan inflasi inti lebih dari 4,0 persen akan sembrono."

Akibatnya, pasar masih menyiratkan peluang sekitar 96 persen untuki kenaikan The Fed menjadi 5,25-5,5 persen bulan ini, tetapi hanya sekitar 25 persen kemungkinan kenaikan lebih lanjut pada November.

Baca juga: Saham Asia di jalur minggu terbaik 2023, dipicu pendinginan inflasi AS

Mereka juga memperkirakan pelonggaran setidaknya 110 basis poin untuk tahun depan mulai Maret, yang melihat imbal hasil obligasi dua tahun turun 18 basis poin minggu lalu.

Pelonggaran kebijakan yang diprediksi itu jauh lebih agresif daripada yang diperkirakan untuk negara maju lainnya, alasan utama mengapa dolar AS berbalik arah.

Dolar agak stabil di 138,75 yen, dari palung 137,25, tetapi itu mengikuti penurunan 2,4 persen minggu lalu. Euro menguat di 1,1223 dolar, setelah juga melonjak 2,4 persen minggu lalu menghapus puncak sebelumnya untuk tahun ini di 1,1096 dolar.

Sterling berada di 1,3091 dolar, setelah naik 1,9 persen minggu lalu, dengan investor cemas menunggu angka inflasi Inggris di akhir pekan di mana hasil tinggi lainnya akan menambah risiko kenaikan suku bunga yang cukup besar.

Indeks dolar melayang di 99,989, setelah turun 2,2 persen minggu lalu.

Penurunan imbal hasil obligasi menopang emas yang tidak memberikan imbal hasil di 1.952 dolar AS per ounce, setelah mencatatkan minggu terbaiknya sejak April.

Harga minyak juga didukung oleh pemotongan pasokan OPEC, melihat kenaikan minyak mentah selama tiga minggu berturut-turut sebelum melakukan aksi ambil untung.

Senin pagi, Brent turun 58 sen menjadi diperdagangkan di 79,29 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS turun 55 sen menjadi diperdagangkan di 74,87 dolar AS per barel.
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023