Jakarta (ANTARA) -
Lembaga Persahabatan Ormas Islam dan Lembaga Persahabatan Keagamaan (LPOI-LPOK) menyebut para pemimpin dan pemangku kepentingan bangsa harus segera membendung fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT).

Lembaga yang terdiri dari 14 ormas Islam dan enam ormas keagamaan itu menilai fenomena LGBT tengah mewabah dan bergerak masif, sehingga perlu ditangani secara cepat dan cerdas.

"Tidak boleh terlambat agar virus dapat disolusikan dan dapat segera dibendung, sehingga virus LGBT tidak berubah menjadi pandemi LGBT yang membahayakan masa depan bangsa Indonesia” kata Ketua Umum LPOI-LPOK K.H. Said Aqil Siroj dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.

Said mengatakan LGBT tidak sesuai dengan ajaran agama dan Pancasila, serta LGBT sebagai virus kemanusiaan yang akan mempercepat kepunahan manusia dan murka atau azab Tuhan.

"Berbagai penyakit dan kehancuran fisik serta akal ditimpakan atas penyimpangan yang dilakukan kaum LGBT. Berbagai bencana datang melanda dan menghancurkan komunitas LGBT," ucapnya.

Ia mencontohkan kisah kaum Nabi Luth yang dihancurkan Allah SWT. Kisah tersebut bukti nyata yang seharusnya menjadi peringatan dan pengingat bagi seluruh umat manusia agar tragedi tersebut tidak terulang kembali.

"Perilaku dan orientasi menyimpang LGBT sangatlah tidak dibenarkan secara medis, sangat rentan dan sangat membahayakan bagi kesehatan manusia," ujarnya.

Said mengatakan pembiaran terhadap fenomena LGBT akan memicu kehancuran generasi masa depan Indonesia, sebab virus tersebut mudah merebak dan menjangkiti masyarakat.

"Mereka bergerak sangat masif melalui pintu budaya dan propaganda multimedia. Bila tidak segera ditanggulangi dengan saksama dan cepat, keberadaan LGBT akan meluas dan kemudian meluluhlantakkan tatanan sosial dan budaya Indonesia serta berlawanan dengan spirit agama-agama di Indonesia," imbuhnya.

Oleh karena itu, Said mengingatkan bahwa kebersamaan dari pemimpin negara, pemimpin agama, dan pemegang kepentingan lainnya perlu bergerak bersama mewaspadai dan membangun kesiapsiagaan menghadapi LGBT tersebut.

"Bergerak bersama mewaspadai dan membangun kesiapsiagaan menghadapi serbuan virus LGBT yang secara masif terselubung di balik dalih demokrasi dan daya paksa atas nama HAM, inklusifitas dan kebebasan, serta di-support dengan kekuatan pendanaan global," ucapnya.

Lulusan Universitas Ummul Quro Makkah itu menambahkan bangsa Indonesia harus memiliki imunitas ideologi, saringan budaya, dan benteng moral keagamaan yang kokoh, sehingga kedaulatan identitas dan jati diri bangsa dapat terjaga.

"Edukasi kepada generasi bangsa, harus masif dilakukan oleh semua pihak, sebagai vaksin mental spiritual agar masyarakat tidak mudah terinfeksi virus LGBT dan masuk dalam jebakan kehancuran," kata Said.

Said juga mengatakan bahwa negara harus hadir dan membangun benteng pertahanan yang kuat, serta negara perlu lebih ketat di ruang regulasi.

"Di ruang publik, pemerintah dan seluruh stakeholders harus mengawasi dengan saksama, agar penyebaran virusnya segera berhenti dan tidak meluas. Hentikan kampanye dan pergerakan virus LGBT yang berpotensi merugikan bangsa, dengan dalih apapun," ucapnya.

Menurut dia, bangsa Indonesia perlu segera diselamatkan dari LGBT. Sementara bagi mereka yang telah menjadi bagian dari LGBT, harus dibimbing untuk kembali pada kodratnya, serta tidak boleh dicibir dan dikucilkan.

"Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, melindungi bangsa Indonesia dari berbagai ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan dari dalam maupun luar negeri. Amin," kata dia.

Baca juga: MUI ingatkan pemerintah untuk larang pertemuan LGBT
​​​​​​​

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2023