Dengan kenaikan suku bunga baik pada atau mendekati puncak di tengah meningkatnya pandangan bahwa resesi akan dihindari, aset-aset berisiko seperti minyak menjadi semakin menarik
New York (ANTARA) - Minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan minyak mentah Brent melampaui 84 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak April, didukung oleh pengetatan pasokan setelah pengurangan produksi OPEC+ dan pembaharuan bullish pada prospek permintaan China dan pertumbuhan global.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 1,32 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 84,35 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September bertambah 1,31 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap pada 80.09 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah telah membukukan empat kenaikan mingguan berturut-turut di tengah pengetatan pasokan yang diharapkan karena pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, serta beberapa pemadaman paksa.

"Kami melihat pasar minyak kekurangan pasokan," kata analis UBS dalam sebuah laporan. "Kami mempertahankan pandangan positif dan memperkirakan Brent naik menjadi 85-90 dolar AS selama beberapa bulan mendatang."

Namun, minyak turun pada Rabu (26/7/2023) setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diharapkan dan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase, membuka jalan untuk kenaikan lainnya.

Selera risiko di pasar keuangan yang lebih luas didorong oleh meningkatnya ekspektasi bahwa bank-bank sentral seperti The Fed mendekati akhir kampanye pengetatan kebijakan, yang akan meningkatkan prospek pertumbuhan global dan permintaan energi.

Ekonomi AS tumbuh lebih besar dari yang diharapkan 2,4 persen pada kuartal terakhir, data pemerintah menunjukkan Kamis (27/7/2023), karena ketahanan pasar tenaga kerja mendukung belanja konsumen, sementara bisnis meningkatkan investasi dalam peralatan, berpotensi mencegah resesi.

"Dengan kenaikan suku bunga baik pada atau mendekati puncak di tengah meningkatnya pandangan bahwa resesi akan dihindari, aset-aset berisiko seperti minyak menjadi semakin menarik," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, dikutip dari Reuters.

Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga untuk kali kesembilan berturut-turut pada Kamis (27/7/2023).

Sebuah janji pada Senin (24/7/2023) dari China untuk meningkatkan dukungan kebijakan bagi ekonomi telah mendorong harapan regenerasi permintaan minyak dari importir minyak mentah terbesar dunia itu, analis Phillip Nova, Priyanka Sachdeva mengatakan dalam sebuah catatan.

Yang menjadi fokus berikutnya adalah pertemuan para menteri OPEC+ pada 4 Agustus untuk meninjau pasar.

Baca juga: Minyak menuju tertinggi 3,5 bulan saat keterbatasan pasokan jadi fokus
Baca juga: Minyak naik di awal Asia, pasokan ketat imbangi kenaikan suku bunga
Baca juga: Minyak jatuh setelah Fed naikkan suku bunga, stok AS turun lebih kecil

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023