Ini persoalan kemanusiaan dan harus segera ditangani
Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat turut membantu upaya pemulangan pekerja migran Indonesia diduga menjadi korban kekerasan dan perlakuan kasar oleh majikan di Negara Arab Saudi.

Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengaku telah menginstruksikan Dinas Ketenagakerjaan setempat melakukan penanganan persoalan tenaga kerja wanita bernama Aas binti Sajam, warga Kampung Pulo Rengas, Desa Sindangmulya, Kecamatan Cabangbungin.

"Sebetulnya tidak ada pemberangkatan ke Arab Saudi karena ada kebijakan moratorium belum diperbolehkan penyaluran tenaga kerja ke Negara Timur Tengah. Namun ini persoalan kemanusiaan dan harus segera ditangani," katanya di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Sabtu.

Pihaknya berkomitmen memastikan keamanan dan perlindungan warga yang bekerja sebagai pekerja migran. Dalam kasus ini, mendatangi alamat korban hingga berkomunikasi dengan pihak berwenang untuk dapat memastikan kondisi dan memberikan bantuan serta dukungan yang dibutuhkan bagi Aas dan keluarga.

"Kami berusaha untuk bertindak secara tanggap dan responsif terhadap kasus-kasus yang melibatkan warga Kabupaten Bekasi yang bekerja di luar negeri, terutama terkait keamanan dan hak-hak mereka sebagai pekerja migran," katanya.

Diketahui, sebuah video beredar luas di media sosial dengan narasi seorang tenaga kerja wanita asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat meminta pertolongan kepada Presiden Joko Widodo agar dapat dipulangkan ke Indonesia.

Baca juga: Pekerja migran asal Indramayu hilang kontak saat bekerja di Arab Saudi

Baca juga: BP2MI gagalkan penempatan 160 PMI tak sesuai prosedur ke Arab Saudi


Pekerja Migran Indonesia itu bernama Aas binti Sajam warga Kampung Pulo Rengas, Desa Sindangmulya, Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi.

 Ia mengaku mendapatkan perlakukan kasar hingga diminta makan sampah oleh majikan.

Salah satu perwakilan keluarga Mukti Ali (54) mengatakan Aas berangkat ke Arab Saudi untuk menjadi pekerja migran sejak Maret 2023 menggunakan visa turis oleh sponsor yang tinggal di wilayah Jakarta Timur.

"Jadi berangkat ke Saudi pada Ramadhan kemarin dengan dijanjikan gaji besar dan pekerjaan enak. Akan tetapi dalam satu bulan terakhir ini, Aas sudah menghubungi keluarga secara diam-diam untuk menceritakan kondisi yang dialaminya," katanya.

Kepada keluarga, Aas mengaku telah diperlakukan kasar dan tidak manusiawi oleh majikannya di Arab Saudi. Kekerasan fisik hingga dipaksa memakan makanan dari sampah mengandung penyakit dialami Aas selama bekerja di sana.

Pihaknya saat ini tengah mengupayakan kepulangan Aas ke Indonesia namun upaya itu masih terganjal beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya adanya ikatan kontrak kerja dua tahun, sementara ia baru bekerja beberapa bulan.

"Maka harus ada ganti rugi, ini sedang kita urus, kita tidak sendiri. Ada pihak-pihak terkait yang membantu. Kalau komunikasi keluarga dengan Aas sampai saat ini masih ada," kata dia.

Baca juga: Polres Sukabumi menangkap empat pelaku jaringan perdagangan 13 wanita

Baca juga: Menaker: Pengiriman PMI ke Malaysia dan Arab Saudi dalam pembahasan

 

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023