Saya tidak menganggap adik-adik ini terbatas, justru ini adalah kelebihan yang dimilikinya
Banda Aceh (ANTARA) - Pj Wali Kota Lhokseumawe, Aceh, Imran memberikan motivasi kepada anak penyandang disabilitas atau difabel di daerah itu untuk terus berkreasi tanpa batas dan menyalurkan bakat-bakat yang dimilikinya

"Anggapan anak difabel tidak mampu berpartisipasi secara penuh dan efektif, menurut saya itu tidak benar. Saya tidak menganggap adik-adik ini terbatas, justru ini adalah kelebihan yang dimilikinya," katanya di Lhokseumawe, Selasa.

Pernyataan itu disampaikan Imran saat melakukan peninjauan ke Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Aneuk Nanggroe Lhokseumawe dan SLB Cinta Mandiri di Kota Lhokseumawe.

Imran yang didampingi Ketua TP PKK Kota Lhokseumawe Rosnelly, mengaku terharu melihat kegigihan belajar serta kemampuan luar biasa yang ditunjukkan oleh anak-anak difabel seperti melukis dan bernyanyi.

Baca juga: KPU Sulsel siapkan kertas surat suara Braille untuk difabel

"Adik-adik kita ini juga memiliki hak untuk berekspresi dan menyalurkan kreatifitas tanpa batas,” katanya.

Ia meminta kepala organisasi perangkat daerah (OPD), forum anak, orang tua dan guru untuk terus berikan bimbingan serta pendampingan bagi anak-anak difabel agar dapat terus berkreasi menyalurkan bakat-bakat yang dimilikinya.

"Saya juga meminta kepada dinas kesehatan untuk memberikan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan makanan tambahan bagi anak-anak di sekolah luar biasa," katanya.

Dalam kunjungan itu, Pemkot Lhokseumawe juga memberikan bantuan bagi SLBN Aneuk Naggroe. Memang, pada dasarnya wewenang SLB ini dibawa naungan pemerintah provinsi, namun tidak menghalangi Pemkot Lhokseumawe untuk memberikan perhatian lebih.

Baca juga: Duta Bahasa DKI hadirkan inovasi baru UKBI bagi difabel

"Saya berpesan bagi orang tua untuk jangan merasa terbebani, karena anugerah dari tuhan mengirimkan anak yang istimewa seperti mereka," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SLBN Aneuk Nanggroe Samhudi menyebutkan bahwa saat ini murid di SLBN Aneuk Nanggroe berjumlah 142 siswa mulai dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas.

Sementara, untuk tenaga pengajar berjumlah 40 orang, namun jumlah tersebut belum mencukupi untuk mendidik anak-anak difabel.

"Walau dengan keterbatasan yang ada, banyak prestasi yang telah kami raih, baik dari provinsi maupun tingkat nasional," ujarnya.

Baca juga: Pengrajin difabel diberdayakan lewat karya seni di Universiade Chengdu

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023