Padang (ANTARA) - Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BKSAP) Kemendikbudristek, Zulfikri Anas mengatakan keikhlasan guru memberi pelayanan pada peserta didik merupakan modal utama dalam implementasi kurikulum Merdeka Belajar.

"Sasaran utama kurikulum Merdeka adalah meningkatnya kualitas dan terjadinya transformasi dalam proses pembelajaran. Salah satu modal utamanya keikhlasan guru dalam pelayanan siswanya," katanya dalam Workshop Sosialisasi Kurikulum Merdeka di Padang, Senin.

Zulfikri menyebutkan prinsip Kurikulum Merdeka Belajar untuk penyederhanaan dari sebelumnya yang dirasa padat materi dan kemudian rumit administrasinya.

Kurikulum Merdeka fokus pada materinya esensial dan administrasi menjadi lebih sederhana, dan terpenting tahu tujuan serta langkah-langkah pembelajaran, dan assesmentnya, artinya dirancang untuk bisa diterapkan dalam situasi seminim apapun.

Keberhasilan penerapan kurikulum Merdeka Belajar, menurut dia, bukan pada kelengkapan dokumen-dokumen administrasi atau kepatuhan administrasi, tetapi lebih kepada terjadinya perubahan pembelajaran sehingga setiap anak didik tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya masing-masing.

"Kurikulum merdeka fokusnya kepada anak didik dengan memberikan ruang seluas-luasnya kepada setiap siswa supaya bertumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya sehingga dapat merasakan makna pendidikan, dan diharapkan tumbuh semangat mencintai pendidikan sepanjang hayat,"katanya.

Oleh karena itu, tambah dia, dalam kurikulum merdeka guru sangat penting melakukan assesment terhadap anak didik sejak awal supaya bisa lebih mengenal tentang potensi diri yang ada pada peserta didik sehingga kebutuhan yang harus dipenuhi.

Baca juga: Kemendikbud: Empat aspek Merdeka Belajar menginspirasi negara ASEAN

Sementara itu, legislator Komisi X DPR RI Lisda Hendrajoni mengatakan implementasi kurikulum merdeka belajar yang merupakan upaya menyesuaikan dengan tuntutan zaman dalam menyiapkan generasi masa depan bangsa Indonesia.

"Sebagaimana ungkapan 'didiklah anak-anak mu sesuai dengan zamannya', karenanya kita mengapresiasi dan mendukung implementasi program kurikulum merdeka sehingga sesuai dengan kebutuhan sekarang," katanya.

Ia mengatakan, hanya saja tinggal bagaimana kesiapan infrastruktur sarana prasarana penunjang dan kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti tenaga guru yang harus mendapatkan perhatian.

Pihaknya tak menyangkal masih terdapat keterbatasan yang dihadapi sekolah-sekolah dalam implementasi program kurikulum merdeka, tetapi semangat ini dalam pelaksanaan dari sekolah-sekolah harus diapresiasi.

"Kita kaget juga, ternyata sudah mencapai 80 persen sekolah di Indonesia mulai dari tingkat SD hingga SLTA yang telah menerapkan kurikulum merdeka. Makanya kita memotivasi guru untuk tetap terus belajar dan berjuang ke arah yang sebenarnya sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka,"katanya.

Penerapan terus berproses, tambah dia, tentu termasuk para guru mesti terus mencari pengetahuan dan kecakapan supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Kegiatan workshop sosialisasi kurikulum merdeka belajar dibuka oleh anggota Komisi X DPR RI Lisda Hendrajhoni, turut hadir Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat Barlius dengan peserta terdiri atas tenaga pengajar, praktisi dan sejumlah elemen pemerhati pendidikan.*

Baca juga: Kemendikbudristek-Komisi X DPR sosialisasi Kurikulum Merdeka di Jepara

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023