Beijing (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena kekhawatiran atas lambatnya permintaan dari importir minyak mentah utama China meningkat setelah data perdagangan dan inflasi yang bearish, mengalahkan kekhawatiran atas pasokan yang lebih ketat akibat pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 21 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 85,96 dolar AS per barel pada pukul 06.15 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 82,71 dolar AS per barel, melemah 21 sen atau 0,2 persen.

Kedua kontrak acuan minyak naik hampir satu dolar AS pada hari sebelumnya.

"Harga minyak berjuang untuk naik lebih lanjut karena kekhawatiran atas lambannya pemulihan ekonomi China dan permintaan bahan bakar," kata Chiyoki Chen, kepala analis di Sunward Trading.

"Juga, dengan kekhawatiran atas melambatnya permintaan di Amerika Serikat dan Eropa karena serangkaian kenaikan suku bunga, sisi positif pasar minyak tampaknya terbatas," tambahnya, memprediksi WTI akan diperdagangkan di kisaran 75 dolar AS hingga 85 dolar AS per barel bulan ini.

Baca juga: Minyak turun di Asia, data "bearish" China picu kecemasan permintaan

Kedua harga acuan minyak mencatat kenaikan mingguan keenam berturut-turut pekan lalu, keuntungan beruntun terpanjang sejak Desember 2021 hingga Januari 2022, dibantu oleh pengurangan pasokan OPEC+ dan harapan stimulus yang mendorong pemulihan permintaan minyak di China.

Data inflasi China pada Rabu menunjukkan indeks harga konsumen turun pada Juli dalam penurunan tahun-ke-tahun pertama sejak Februari 2021, karena tekanan deflasi meningkat dalam ekonomi yang berjuang untuk pulih dari pandemi.

Laporan inflasi mengikuti data perdagangan yang mengecewakan pada Selasa (8/8/2023), yang menunjukkan impor minyak mentah China pada Juli turun 18,8 persen dari bulan sebelumnya ke tingkat harian terendah sejak Januari, karena eksportir utama mengurangi pengiriman ke luar negeri dan stok domestik terus bertambah.

Dalam tanda bearish lainnya, stok minyak mentah AS naik 4,1 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (8/8/2023). Itu adalah peningkatan yang lebih besar dari yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh Reuters.

Baca juga: Minyak naik ditopang prospek pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi

Data pemerintah AS tentang stok akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Sementara itu, laporan bulanan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Selasa (8/8/2023) memproyeksikan produksi minyak mentah AS naik 850.000 barel per hari ke rekor 12,76 juta barel per hari pada tahun 2023, menyalip puncak terakhir sebesar 12,3 juta barel per hari pada tahun 2019. .

Harga minyak mentah telah meningkat sejak Juni, terutama karena perpanjangan pemotongan produksi Arab Saudi serta meningkatnya permintaan global, kata EIA.

Eksportir utama dunia Arab Saudi pekan lalu memperpanjang pemotongan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir September, menambahkan bahwa pemotongan itu dapat diperpanjang atau diperdalam. Rusia juga mengatakan akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada September.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023