lowongan untuk posisi programer itu banyak, namun nyatanya tidak mampu terpenuhi
Denpasar (ANTARA) - Akademisi yang juga Rektor Primakara University I Made Artana mengatakan hingga saat ini Bali masih mengalami paceklik tenaga programer sehingga sangat berpeluang untuk mencetak lebih banyak tenaga pemrograman perangkat lunak dan aplikasi itu.

"Lowongan untuk posisi programer itu banyak, namun nyatanya tidak mampu terpenuhi. Meskipun banyak lulusan di bidang IT, namun sedikit yang betul-betul memiliki kompetensi sebagai programer," kata Artana dalam media gathering Primakara University di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, tidak jarang ada persepsi bahwa belajar programing itu sulit sehingga akibatnya jurusan ini menjadi dihindari. "Oleh karena itu, kami berusaha menghidupkan komunitas ini di kampus untuk membuat belajar ini menjadi menyenangkan," ujarnya.

Makin langkanya tenaga programer yang dibutuhkan Bali dan juga Indonesia, lanjut dia, karena banyaknya lowongan kerja programer dari luar negeri yang menjanjikan penghasilan lebih tinggi. Istimewanya lagi dapat dikerjakan dari Bali, bahkan dari tempat tinggal masing-masing.

"Perusahaan dari luar negeri juga diuntungkan dengan sistem kerja seperti ini karena mereka mengeluarkan upah yang lebih kecil dibandingkan tenaga kerja di negaranya. Dari yang seharusnya membayar gaji per bulan 3.000-4.000 dolar AS, dengan model remote ini cukup 1.500 dolar AS," ucapnya.

Baca juga: Operasikan kampus baru, Hacktive8 ingin cetak 500 talenta digital 2023
Baca juga: Yumna tingkatkan keterampilan sebagai programmer dengan Kartu Prakerja


Selain itu, generasi muda saat ini banyak juga yang memang ingin bekerja secara remote atau tanpa perlu ke kantor, sehingga bagi perusahaan di Indonesia yang masih dengan budaya mesti ke kantor menjadi tak dilirik oleh para programer.

"Sisi positifnya memang tenaga kerja kita bisa mendapat dolar. Namun efek negatifnya industri dalam negeri menjadi kekurangan talenta," kata Artana.

Artana yang juga progra~mer ini juga menyoroti perkembangan digital nomad yang kian pesat, khususnya di kawasan Canggu, Kabupaten Badung. Ia berharap ada regulasi yang sesuai sehingga digital nomad itu dapat memberikan keuntungan bagi Bali.

Terkait dukungan ekosistem digital di Bali sebenarnya sudah memadai diantaranya infrastruktur digital Bali nomor dua di Indonesia. Di Bali juga telah ada perusahaan animasi, ada perusahaan games terbesar nomor dua terbesar di Indonesia.

"Perubahan dan perkembangan zaman atau teknologi jangan dilawan. Akan tetapi mari kita belajar berselancar," kata Artana.

Baca juga: Anggota DPR: Programmer lokal harus berperan dalam ekonomi digital
Baca juga: Jakarta butuh banyak tenaga programmer


STIMIK Primakara yang didirikan pada 2013 kini telah bertransformasi menjadi Primakara University, di kampus setempat juga membuat perusahaan games, selanjutnya perusahaan animasi juga akan jalan dalam waktu dekat. Selain itu dibentuk perusahaan software dan digital marketing.

"Kami membuat ekosistemnya di kampus sehingga langsung menjadi tempat belajar mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya dipersiapkan keahlian IT untuk kebutuhan industri sesuai perkembangan zaman, sekaligus memiliki bekal kewirausahaan berbasis teknologi digital," kata Artana.

Primakara University, tambah dia, telah terakreditasi B dengan ISO 9001:2015 dan ISO 21001:2018 dan telah dinobatkan menjadi kampus teknologi informasi terbaik Bali Nusra tahun 2020.

Baca juga: Komunitas pemrogram siap bantu koperasi dan UMKM
Baca juga: Dirjen: bangun 1.000 startup butuh 100.000 programer
Baca juga: Potensi Programer Aplikasi Mobile Indonesia Besar

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023